BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa kanak-kanak merupakan masa di mana anak-anak mengalami perkembangan
yang sangat pesat, mereka tumbuh, berkembang, berkreasi dan akan berdampak luar
biasa serta menjadi pengalaman yang sangat berharga ketika anak mulai menjalani
kehidupannya, maka dari itu pada usia tersebut para ahli menyebutkan bahwa anak
mengalami masa keemasan (golden age) karena
pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Menurut Hurlock (1987) bahwa:
Anak usia 4 sampai
6 ahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir
sampai 6 tahun, pada usia ini secara teminologi disebut sebagai anak usia pra
sekolah, dimana pertumbuhan kecerdasannya pada masa ini mengalami peningkatan
dari 50% sampai 80%.
Selain itu pada usia ini merupakan masa peka bagi anak, di mana anak
mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.
Masa peka adalah masa di mana terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya.
1
|
1
|
Salah satunya yaitu dasar dari proses belajar awal matematika itu konsep
dasar bilangan. Pada mana usia 5 tahun, minat anak terhadap bilangan akan tumbuh
sangat besar secara alamiah bila sejak kecil telah diperkenalkan pada konsep
bilangan secara kongkrit. Karena itu sebenarnya tidak perlulah orang tua di
rumah maupun guru di sekolah memaksakan anak untuk belajar berhitung sebelum
mereka sendiri merasa berminat, tugas orang tua dan guru yang terutama adalah
merangsang minat anak terhadap bilangan sejak dini (sekitar umur 3 tahun).
Pada awalnya, secara intelektual anak tidak mengerti konsep-konsep angka,
namun mereka sudah mempunyai pengertian tersebut secara intuitif dan
perlahan-lahan perlu dituntun menuju suatu pemahaman intelektual akan kuantitas
secara simbolik. Maka sekaranglah saatnya memperkenalkan proses belajar formal
kepada anak, dimulai dengan pengenalan simbol angka dan konsep asosiasi posisi
yang merupakan dasar matematika. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan
operasi-operasi dasar seperti penjumlahan dan pengurangan.
Menurut Prasaran Rooth Betty (Hariwijaya dan Sustiwi, 2008: 186), seorang
pakar pendidikan anak matematika, mengatakan bahwa:
Hampir setiap anak kecil mudah memahami bilangan dan
sering dengan tidak sengaja menghafalkan angka, akan tetapi hal ini tidak sama
dengan kemampuan menghitung. Sesuai dengan proses berjalannya waktu, maka anak
akan berangsur-angsur belajar menghitung. Mereka benar-benar akan belajar lebih
baik jika santai dan sambil lalu.
Menyadari pentingnya memperhatikan pengembangan minat belajar anak
tentang konsep bilangan pada anak usia dini maka dibutuhkan stimulus yang tepat.
Tentunya, dengan cara yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Dan perlu kita ketahu bahwa salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar anak tentang konsep bilangan adalah bagaimana seorang guru atau
orang tua mengenalkan dengan media yang mampu memberikan daya tarik terseniri
bagi anak dalam proses pembelajaran tersebut.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada anak kelompok
B di Taman Kanak-kanak Siamelleri Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, berkaitan
dengan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan bahwa guru sering
menggunakan medi gambar dalam mengembangkan berbagai kemampuan anak tetutama
dalam mengenal konsep bilangan, dan anak juga senang menggunakan media gambar,
sehingga peneliti ingin meneliti apakah media gambar berpengaruh terhadapa
kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak.
Dengan menggunakan materi-materi yang kongkrit
dan dalam bentuk permainan dan media pembelajaran yang tepat maka untuk
mempelajari konsep-konsep matematika dasar, anak diharapkan tidak akan menemui
kesulitan untuk memahami konsep dan keterampilan matematika dasar. Sehingga anak
diharapkan mampu memindahkan benda-benda yang sedang dihitung untuk mendapatkan
jumlah yang sebenarnya. Kepuasan dalam penemuan inilah yang mengarahkan
antusiasme anak pada angka-angka, terutama bila ia dapat mendemonstrasikan
operasi matematika dasar kepada guru atau teman-temannya, daripada dikuliahi
fakta-fakta yang kosong dan tanpa makna bagi mereka. Jadi dalam tahap
pengenalan bilangan ini, pendidikan yang kongkrit diimplementasikan dengan cara
anak secara fisik memegang kuantitas-kuantitas yang mewakili simbol-simbol
angka tertulis. Dan anak tersebut memadukan materi, hitungan, pemisahan dan
membandingakan dengan visual, audio dan juga sentuhan untuk memperkuat
gagasan-gagasan kuantitatif secara nyata, bukannya hanya bersifat abstrak bagi
si anak tersebut.
Salah satu media yang bisa guru gunakan dalam
proses pembelajaran dalam mengenalkan anak konsep bilangan adalah dengan
menggunakan media gambar.
Menurut (Zukhaira: 2010) mengatakan bahwa:
Media gambar
merupakan alat bantu yang sering digunakan. Dan yang dimaksud dengan media gambar adalah gambar
yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk
simbol-simbol komunikasi visual biasanya memuat gambar orang, tempat, dan
binatang.
Jadi media gambar itu sendiri adalah merupakan alat
bantu yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk memberi label dan menggambar
bentuk simbol-simbol komuniasi baik berupa gambar orang, tempat, benda-benda
sekitar, binatang, konsep bilangan dan lain-lain.
Perlu diingat pula bahwa cara pengajaran ini
harus membiarkan anak mencapai pemahamannya sendiri sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya sendiri, peran orang tua dan guru adalah untuk memberikan
lingkungan yang kondusif bagi perkembangan intelektual mereka.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
mengajar anak kecil adalah perlunya pengulangan materi dengan topik yang sama
tetapi dengan bermacam-macam objek yang berbeda yang dapat digunakan dalam
proses pengajarannya. Melalui pengulangan ini, konsep abstrak ini dimengerti
bukan hanya sekedar dihafalkan saja. Dan begitu konsep abstrak benar-benar
dipahami anak, mereka akan dapat menerapkan pada semua objek yang berhubungan
dengan konsep tersebut.
Berdasarkan latar belakang inilah sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang mendalam tentang “Pengaruh Media Gambar Terhadap Kemampuan
Mengenal Konsep Bilangan di Taman Kanak-kanak Siamelleri Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
gambaran kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak sebelum dan setelah diberi
perlakuan dengan menggunakan media gambar di Taman Kanak-kanak Siamelleri
Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone?
2.
Apakah
ada pengaruh media gambar tehadap kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak
di Taman Kanak-kanak Siamelleri Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui gambaran kemampuan mengenal konsep bilangan anak sebelum dan setelah
diberi perlakuan dengan menggunakan media gambar di Taman Kanak-kanak Siamelleri Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
2.
Untuk
mengetahui apakah ada pengaruh antara penggunaan media gambar terhadap
kemampuan mengenal konsep bilangan anak di Taman Kanak-kanak Siamelleri
Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone?
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari
tujuan penelitian yang dikemukakan diatas maka hasil penelitian diharapkan
memberi manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Adapun maanfaat teoretis
dan manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat teoretis
Secara
teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi
dibidang pendidikan pada anak usia dini, terutama dalam hal pengembangan minat
belajar anak tentang konsep bilangan melalui media pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis
Adapun
manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Sebagai
bahan informasi tentang pentingnya media pembelajaran dalam mengembangkan minat
belajar anak tentang konsep bilangan di Taman Kanak-kanak.
b.
Para
guru khususnya dan para praktisi pendidikan pada umumnya sebagai referensi
bahwa dalam mengajar konsep bilangan, penting untuk memperhatikan anak secara
spesifik berdasarkan kemampuan dan karakteristik belajar anak.
c.
Memberikan
masukan kepada mahasiswa dan pendidik anak usia dini dalam membuka cakrawala
berfikir mereka akan pentingnya media pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Media Gambar
a) Pengertian Media Gambar
Media merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena
dengan media maka akan membantu berjalannya proses pembelajaran yang sesuai
dengan apa yang diharapkan. Berikut terdapat beberapa perngertian media. Menurut
Heinich, Molenda dan Russel (Zaman,dkk. 2009: 4.4):
Media adalah merupakan saluran komuniaksi.
media bersal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata mediun yang secara harfiah berarti
perantara yaitu perantara sumber pesan (a
source ) dengan penerima pesan (a
receiver). Kata “media” berarti alat, perantara atau pengantar. Dengan
demikian media merupakan perantara penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan ke peserta didik.
Sedangkan menurut
Soeparno (2010) beliau menjelaskan bahwa:
“Media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan
suatu pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Media bisa
berupa manusia, benda, alat, bahan ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan”.
8
|
1.
Teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm,1977).
2.
Sarana fisik
untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran, seperti: buku, film, video,
slide, dll (briggs,1977)
3.
Sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat kerasnya (NEA, 1969).
Menurut Sadiman
(Sanjaya: 2011) gambar adalah pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan
dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan
berbahasa, kegiatan seni, dan
pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan
menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi
bacaan dari buku teks. Sedangkan menurut Hamalik (Ian: 2010) berpendapat bahwa
“gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua
dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”.
Dalam
pengajaran Bahasa Asing, menurut (Zukhaira: 2010) mengatakan bahwa “media
gambar merupakan alat bantu yang sering digunakan”. Yang dimaksud dengan media
gambar adalah gambar yang digunakan untuk menyam-paikan pesan yang dituangkan
dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual biasanya memuat gambar orang,
tempat, dan binatang.
Jadi media
gambar adalah merupakan alat bantu yang sering digunakan dalam proses belajar
mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk
memberi label dan menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik berupa gambar
orang, tempat, benda-benda sekitar, binatang dan lain-lain.
b)
Nilai Media Gambar
Menurut
Zukhaira (2010) bahwa terdapat beberapa nilai media gambar dalam pendidikan,
antara lain sebagai berikut:
1)
Gambar bersifat
kongkrit. Melalui gambar para peserta didik dapat melihat dengan jelas sesuatu
yang sedang dibicarakan atau didiskusikan di dalam kelas. Suatu persoalan dapat
dijelaskan dengan gambar selain penjelasan dengan kata-kata. Gambar mengatasi batas
ruang dan waktu.
2)
Gambar
mengatasi kekurangan panca indra manusia.
3)
Gambar dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, karena itu gambar bernilai terhadap
semua pelajaran di sekolah.
4)
Gambar mudah
didapat dan murah
5)
Gambar mudah
digunakan, baik perseorangan maupun untuk sekelompok anak.
Sedangkan
menurut Zaman (2009:4.10) bahwa media pembelajaran memiliki nilai-nilai yaitu:
a). Mengonkretkan konsep-konsep yang abstrak, b). Menghadirkan
objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan
belajar, c). Menampilkan objek yang terlalu besar, d). Memperlihatkan gerakan
yang terlalu cepat.
Berikut
penjelasannya:
1)
Mengonkretkan
konsep-konsep yang abstrak.
Konsep-konsep
yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara lngsung
kepada anak di Taman Kanak-kanak bisa dikongkretkan atau disederhanakan melalui
pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya: untuk menjelaskan tentang sistem
peredaran darah pada manusia, arus listrik, berhembusnya angin, dan sebagainya
maka bisa kita bisa menggunakan media gambar atau bagan yang sederhana agar
anak-anak bisa memahami.
2)
Menghadirkan
objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan
belajar.
Misalnya: guru
menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program televisi tentang
binatang-binatang buas, seperti: ang sudah harimau, beruang, gajah, jerapah,
atau bahkan hewan-hewan yang sudah punah.
3)
Menampilkan
objek yang terlalu besar.
Melalui media,
guru dapat menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara,
pasar, candi, dan sebagainya di depan kelas atau menampilkan objek-objek yang
terlalu kecil, seperti: bakteri, semut, dan nyamuk.
4)
Memperlihatkan
gerakan yang terlalu cepat.
Dengan
menggunakan media film (slow motion) maka
guru bisa memperlihatkan lintasan peluru, melesatnya anak panah atau
memperlihatkan proses suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu
lambat, seperti: pertumbuhan kecamba, mekarnya bunga menjadi dapat diamati
dalam waktu singkat.
Berdasarkan
pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam
proses pembelajaran sangatlah penting Oleh karena itu, setiap guru harus mampu memilih
media yang cocok yang sesuai dengan karakteristik anak dan juga tema yang akan
diajarkan pada anak di Taman Kanak-kanak.
c) Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai jenis dan karakteristik yang
bermacam-macam. Para ahli melakukan pengelompokkan dan klasifikasi didasarkan
pada kesamaan ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh tiap-tiap media
pembelajaran tersebut.
1) Jenis Media
Pembelajaran
Ada berbagai jenis media pembelajaran yang
banyak digunakan dalam proses belajar mengajar sekarang ini. Seiring dengan
kemajuan jaman yang diikuti dengan kemajuan di bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi) media pemelajaran pun mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Kemajuan teknologi memunculkan berbagai macam media pengajaran dengan teknologi
dan fasilitas yang lebih banyak disertai dengan dayaguna serta efisiensi yang
lebih tinggi.
Menurut Badru, dkk (2009: 4.18) bahwa “media
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, audio
dan audiovisual”.
Secara garis besar media pembelajaran dapat diklasifikasikan atas:
media grafis, media audio, media proyeksi diam (hanya menonjolkan visual saja
dan disertai rekaman audio), dan media permainan-simulasi. Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi empat kelompok berdasarkan
teknologi, yaitu: media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi
audio-visual, media hasil teknologi berdasarkan komputer, dan media hasil
gabungan teknologi cetak dan komputer.
a.
Media
grafis. Pada prinsipnya semua jenis media
dalam kelompok ini merupakan penyampaian pesan lewat simbul-simbul visual dan
melibatkan rangsangan indera penglihatan.
b.
Media
audio. Hakekat dari jenis-jenis media
dalam kelompok ini adalah berupa pesan yang disampaikan atau dituangkan kedalam
simbol-simbol auditif (verbal dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan
indera pendengaran.
c.
Media
proyeksi diam. Beberapa
jenis media yang termasuk kelompok ini memerlukan alat bantu (misal proyektor)
dalam penyajiannya. Ada kalanya media ini hanya disajikan dengan penampilan
visual saja, atau disertai rekaman audio.
d.
Media
permainan dan simulasi. Ada beberapa
istilah lain untuk kelompok media pembelajaran ini, misalnya simulasi dan
permainan peran, atau permainan simulasi. Meskipun berbeda-beda, semuanya dapat
dikelompokkan ke dalam satu istilah yaitu permainan (Sadiman, 1990).
2) Klasifikasi Media
Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang
dikaitkan atau dilihat dari berbagai
segi. Misalnya, Schramm melihat karakteristik media dari segi ekonomisnya,
lingkup sasaran yang dapat diliput, dan kemudahan kontrolnya oleh pemakai
(Sadiman, dkk., 1990). Karakteristik media juga dapat dilihat menurut
kemampuannya membangkitkan rangsangan seluruh alat indera. Dalam hal ini,
pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat penting artinya
untuk pengelompokan dan pemilihan media. Kemp, 1975, (dalam Sadiman, dkk.,
1990) juga mengemukakan bahwa karakteristik media merupakan dasar pemilihan
media yang disesuaikan dengan situasi belajar tertentu.
Dari jenis media yang diungkapkan oleh Arsyad di atas, maka
jenis-jenis media tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Media grafis.
Karakteristik yang dimiliki adalah: bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan
ruang dan waktu, dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja
dan pada tingkat usia berapa saja, murah harganya dan mudah mendapatkan serta
menggunakannya, terkadang memiliki ciri abstrak (pada jenis media diagram),
merupakan ringkasan visual suatu proses, terkadang menggunakan simbul-simbul
verbal (pada jenis media grafik), dan mengandung pesan yang bersifat
interpretatif.
b.
Media audio.
Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut: mampu
mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan jangkauannya
luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali sesukanya, dapat
mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi aktif pendengarnya,
dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat komunikasinya hanya satu arah,
sangat sesuai untuk pengajaran musik dan bahasa, dan pesan/informasi atau
program terikat dengan jadwal siaran (pada jenis media radio).
c.
Media proyeksi diam. Karakteristik umum media ini adalah: pesan yang sama dapat
disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, penyajiannya berada dalam kontrol
guru, cara penyimpanannya mudah (praktis), dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, dan indera, menyajikan obyek -obyek secara diam (pada media dengan
penampilan visual saja), terkadang dalam penyajiannya memerlukan ruangan gelap,
lebih mahal dari kelompok media grafis, sesuai untuk mengajarkan keterampilan
tertentu, sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual, praktis
dipergunakan untuk semua ukuran ruangan kelas, mampu menyajikan teori dan
praktek secara terpadu, menggunakan teknik-teknik warna, animasi, gerak lambat
untuk menampilkan obyek/kejadian tertentu (terutama pada jenis media film), dan
media film lebih realistik, dapat diulang-ulang, dihentikan, dsb., sesuai
dengan kebutuhan.
d.
Media permainan dan simulasi. Ciri atau karakteristik dari media ini adalah: melibatkan
pebelajar secara aktif dalam proses belajar, peran pengajar tidak begitu
kelihatan tetapi yang menonjol adalah aktivitas interaksi antar pebelajar,
dapat memberikan umpan balik langsung, memungkinkan penerapan konsep-konsep
atau peran-peran ke dalam situasi nyata di masyarakat, memiliki sifat luwes
karena dapat dipakai untuk berbagai tujuan pembelajaran dengan mengubah alat
dan persoalannya sedikit saja, mampu meningkatkan kemampuan komunikatif
pebelajar, mampu mengatasi keterbatasan pebelajar yang sulit belajar dengan
metode tradisional, dan dalam penyajiannya mudah dibuat serta diperbanyak.
Gerlach dan Ely (Arsyad:
2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga karakteristik media berdasarkan petunjuk
dalam penggunaan media pembelajaran untuk mengantisipasi kondisi pembelajaran,
dimana ketika guru tidak mampu atau kurang efektif dapat melakukannya secara
langsung. Ketiga karakteristik atau ciri media pembelajaran tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Ciri
fiksatif, yang menggambarkan kemampuan media
untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
obyek;
b.
Ciri
manipulatif, yaitu
kamampuan media untuk mentransformasi suatu obyek, kejadian atau proses dalam
mengatasi masalah ruang dan waktu. Sebagai contoh, misalnya proses larva
menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan waktu
yang lebih singkat (atau dipercepat dengan teknik time-lapse recording). Atau
sebaliknya, suatu kejadian/peristiwa dapat diperlambat penayangannya agar
diperoleh urut-urutan yang jelas dari kejadian/peristiwa tersebut;
c.
Ciri
distributif, yang
menggambarkan kemampuan media mentransportasikan obyek atau kejadian melalui
ruang, dan secara bersamaan kejadian itu disajikan kepada sejumlah besar siswa,
di berbagai tempat, dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai
kejadian tersebut.
d) Prinsip-prinsip Penggunaan
Media Gambar
Terdapat
beberapa prinsip dalam pemakaian media gambar dalam proses belajar mengajar. Menurut
Sanjaya (2011) bahwa: terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pemakaian media gambar yaitu:
a) Pergunakanlah
gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, b) Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, c)
Pergunakanlah gambar-gambar itu
sedikit saja, d) Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar, e) Mendorong
pernyataan yang kreatif, f) Mengevaluasi kemajuan kelas”.
Berikut penjelasannya:
1)
Pergunakanlah gambar
untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar
tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok
pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat peserta didik kepada
pokok-pokok pelajaran. Bilamana tujuan yang ingin dicapainya adalah kemampuan
anak didik konsep bilangan dengan tema binatang, seperti: membedakan dan
membuat 2 kumpulan binatang atau benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama,
lebih banyak dan lebih sedikit, maka gambar-gambarnya harus memperhatikan
perbedaan yang mencolok.
2)
Padukan gambar-gambar kepada
pelajaran, sebab keefektivan pemakaian gambar-gambar di dalam proses belajar mengajar
memerlukan keterpaduan. Bilamana gambar-gambar itu akan dipakai semuanya, perlu
dipikirkan kemungkinan dalam kaitan pokok-pokok pelajaran. Pameran gambar di
papan pengumuman pada umumnya mempunyai nilai kesan sama seperti di dalam ruang
kelas. Gambar-gambar yang riil sangat berfaedah untuk suatu mata pelajaran,
karena maknanya akan membantu pemahaman para peserta didik dan cara itu akan
ditiru untuk hal-hal yang sama dikemudian hari.
3)
Pergunakanlah
gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan banyak gambar tetapi tidak
efektif. Hematlah penggunaan gambar yang mendukung makna. Jumlah gambar yang
sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar
yang serabutan tanpa pilih-pilih. Banyaknya ilustrasi gambar-gambar secara
berlebihan, akan mengakibatkan para peserta didik merasa dirongrong oleh
sekelompok gambar yang mengikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan
atau inpresi visual yang jelas, jadi yang terpenting adalah pemusatan perhatian
pada gagasan utama. Sekali gagasan dibentuk dengan baik, ilustrasi tambahan
bisa berfaedah memperbesar konsep-konsep permulaan. Penyajian gambar hendaknya
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok
artinya apa yang terpenting dari pelajaran itu. Lalu diperhatikan gambar yang
menyertainya, lingkungannya, dan lain-lain berturut-turut secara lengkap.
4)
Kurangilah penambahan
kata-kata pada gambar oleh karena gambar-gambar itu sangat penting dalam
mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru.
Misalnya dalam mengembangkan kemampuan engenal konsep bilangan padan anak di
Taman Kanak-kanak. Para peserta didik mengamati gambar-gambar Menghubungkan dan memasangkan lambang bilangan
dengan benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis) menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak
sama, apa ciri-ciri membedakan satu sama lain. Guru bisa saja
tidak bisa mudah dipahami oleh para peserta didik yang belum negnal konsep
bilangan. Melalui media gambar itulah mereka akan memperoleh kejelasan tentang
konsep bilangan pada anak.
5)
Mendorong pernyataan yang
kreatif, melalui gambar-gambar para peserta didik akan didorong untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan, seni grafis dan
bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan visual dalam hal
ini sangat diperlukan bagi anak didik dalam membaca gambar-gambar itu.
6)
Mengevaluasi kemajuan
kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar baik secara umum maupun secara
khusus. Jadi guru bisa
mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi para anak
didik. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya
memperoleh hasil tes yang komprehensip serta menyeluruh.
e) Fungsi Media Gambar
Media gambar termasuk salah satu
jenis media grafis. Sebagaimana media lainnya, media grafis berfungsi untuk menyalurkan
pesan dari sumberke penerima pesan. Saluran yang di pakai menyangkut indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi visual. Media gambar ini termasuk media yang paling umum dipakai.
Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apalagi jika
gambarnya dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan gambar yang baik, sudah
barang tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Penerjemahan pesan dari bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat
sangat bergantung kepada kemampuan imajinasi siswa. Hasil ekspresi anak yang
cerdas akan lebih lengkap dan mungkin mendekati ketepatan, tetapi gambaran anak
yang sedang kecerdasannya mungkin hasilnya tidak begitu lengkap, sedangkan
pelukisan kembali oleh anak yang kurang cerdas pastilah sangat kurang lengkap dan bahkan mungkin
tidak relevan atau menyimpang.
Secara umum fungsi media gambar menurut Basuki dan Farida (2001:
42) yaitu:
Mengembangkan
kemampuan visual, mengembangkan imanijasi anak, membantu meningkatkan kemampuan
anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan
di dalam kelas, meningkatkan kreativitas siswa.
Sedangkan menurut Thoifuri (2008:
171) bahwa secara kongkrit fungsi media pembelajaran adalah:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan jelas maknanya sehingga
lebih dapat dipahami oleh siswa, dan memungkinkan anak menguasai tujuan
pengajaran yang lebih baik.
3) Metode pengajaran kan lebih bervariasi tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-katat guru, sehingga anak
tidak cepat bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila jika guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran.
4) Anak lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti:
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
f) Kelebihan dalam Media Gambar
Sebuah media sudah barang tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini disebabkan keefektifan pemanfaatan sebuah media
sangat tergantung dari materi pembelajaran yang diajarkan. Dengan demikian,
sebuah media yang cocok untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu, belum
tentu sesuai bila dimanfaatkan untuk materi pelajaran yang lain.
Media gambar adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan konsep bilangan anak, menurut Sanjaya (2011)
menjelaskan bahwa media gambar memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai
berikut:
1)
Sifatnya konkrit.
Gambar atau
foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal
semata.
2)
Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang
dan waktu.
Tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa,
anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat
mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat
gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau
bahkan menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya.
Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.
3)
Media gambar dapat mengatasi keterbatasan
pengamatan kita.
Sel atau
penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat
disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.
4)
Dapat memperjelas suatu masalah.
Dalam bidang
apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalah pahaman.
5)
Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan,
tanpa memerlukan peralatan yang khusus.
Hastuti (1996:178) Dalam menggunakan media gambar terdapat beberapa
kelebihan sebagai berikut. (1) dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke
dalam bentuk yang lebih nyata; (2) gambar sangat mudah di pakai karena tidak
membutuhkan peralatan; (3) gambar relatif tidak mahal; (4) gambar mudah didapat dan dibuat sendiri;
dan (5) gambar
dapat digunakan untuk semua
tingkat pengajaran
dan bidang studi.
g) Langkah-langkah Pelaksanaan Media Gambar
Menurut Nurani (2004) bahwa dalam pelaksanaan media gambar,
semuanya dilakukan sambil bermain, adapun langkah-langkah penggunaan
media gambar adalah sebagai berikut:
1) Langkah pertama yang sangat penting adalah
memperkenalkan kepada setiap anak berbagai jenis media gambar dengan konsep bilangan dan menjelaskan
berulang-ulang hingga semua anak hafal dengan media gambar yang anda
perkenalkan. Untuk memudahkan mereka mengingat media gambar tersebut maka
gunakan warna cerah dan ajak anak Anda mengelompokkan keping dari satu tempat ke tempat yang
lain, dan seterusnya.
2) Langkah kedua adalah tanyakan pada anak apa konsep bilngan pada media gambar
yang sedang Anda pegang (sambil tangan Anda memegang kepingan yang dimaksud)
bergantian seterusnya dengan media gambar yang lain.
3) Langkah ketiga yaitu, karena media gambar bilangan
beraneka bentuk dan warna, maka guru tak hanya menanyakan apa bentuknya, namun
juga warnanya sambil anak berusaha mencari kelompok bilangan yang sesuai.
Jika guru sudah yakin anak memahami
menggunakan media tersebut, maka tahap berikutnya adalah dengan memberikan
kesempatan dan dorongan kepada setiap anak mencoba menggunakan media gambar
sesuai dengan fantasi dan imajinasi anak.
2.
Konsep Bilangan
a.
Pengertian Konsep Bilangan
Menurut
Suriasumantri (1982:191) menjelaskan bahwa konsep bilangan adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan, adapula
paham yang menyatakan bahwa konsep bilangan merupakan bahasa artifial yang
dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah dan
matematika hanya akan mempunyai arti jika terdapat hubungan pola, bentuk dan
struktuk. Sedangkan menurut Depdiknas (2007:
8) menjelaskan bahwa bilangan yang mulai dipelajari oleh anak-anak adalah
bilangan untuk menghitung kuantitas. Artinya bilangan itu menunjuk besarnya
kumpulan benda. Bilangan ini berbeda dengan bilangan
urut (bilangan ordinat), seperti: Pertama, kedua, ketiga. dst. Yang digunakan
untuk menerangkan urutan. Penggunaan jari dapat dilakukan untuk menyebut urutan
bilangan. Contoh : Cara mengajarkan konsep bilangan 3 sebagai contoh: (ibu guru) : Ani, tolong ambilkan 3 buah
duku, berikan kepada ibu, berapa dukunya Ani? Coba dihitung,
satu........dua...........tiga. ya itulah bilangan 3, berapa anak-anak? Tiga bu
guru. Sekarang Wiwin, Anto dan Diki, coba dihitung 3 ubin yang ada di depan bu
guru. Ya bagus, itu bilangan 3
Dalam mengenalkan bilangan pada anak,
diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi, dan lambang
sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang sehingga akhirnya
dapat mencocokannya sesuai dengan lambang bilangannya.
Bilangan adalah representasi fisik dari data yang diamati. Bilangan
dapat dipresentasikan dalam berbagai bentuk, yang kemudian digolongkan pada
sebuah system bilangan, tetapi mempunyai arti yang sama. Maka kita dapat
melakukan suatu konversi dari sistem bilangan satu ke sistem bilangan yang lain
(shvoong: 2010). Sedangkan menurut Andri Saleh (2009:103) bahwa bilangan adalah
sebuah konsep dan pemikiran manusia
terhadap perhitungan banyaknya suatu benda misalnya setelah satu ada
dua, setelah dua ada tiga, setelah tiga ada empat dan seterusnya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bilangan adalah banyaknya satuan jumlah matematis atau banyaknya benda dan besarnya kumpulan benda yang dapat ditambah
maupun dikurangi dan dikalikan sehingga dapat
disesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang sehingga
akhirnya dapat mencocokannya sesuai dengan lambang bilangannya.
b.
Mengenal Konsep Bilangan pada Anak
Pada usia dini anak harus bisa dikenalkan tentang konsep bilangan,
dalam mengenalkan konsep bilangan pada anak sejak dini agar anak mampu mengetahui
dasar-dasar matematika dan berguna untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang,
karena itu orang tua maupun guru harus bisa menstimulus kecerdasan-kecerdasan
lainnya. Menurut Depdiknas (2007:2) bahwa pentingnya mengenalkan konsep
bilangan pada anak adalah sebagai berikut:
1)
Anak dapat
berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengmatan terhadap benda-benda
kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.
2)
Anak dapat
menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam
kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
3)
Anak memiliki
ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
4)
Anak memiliki
pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan
suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya.
5)
Memiliki
kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu spontan.
c.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Mengenal Konsep
Bilangan
Dalam mengenalkan konsep bilangan pada anak orang tua
maupun guru harus memperhatikan beberapa hal agar proses pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Hal tersebut setara dengan
pendapat Nurani (2005:11.8) bahwa hal-hal yang perlu diingat dalam mengenalkan
konsep bilangan adalah sebagai berikut:
1)
Mendapatkan
konsep bilangan adalah proses yang berjalan perlahan-lahan, anak mengenal benda
dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pikiran mereka sehingga mulai
membangun arti angka.
2)
Belajar
dengan trial and error dalam
mengembangkan kemampuan menghitung dan menjumlahkan
3)
Menggunakan
sajak, permainan tangan, dan beberaapa lagu yang sesuai untuk memperkuat
hubungan dengan bilangan
d.
Tahap Pembelajaran
Menurut Alexander (2010) bahwa: “terdapat beberapa tahap atau
teknik mengajar dasar yang perlu digunakan dalam mendidik anak dalam pengenalan
pada anak usia dini, yaitu: pengenalan identitas, penegasan, bembedaan,
pengelangan”. Berikut penjelsannya:
1)
Pengenalan
Identitas, di sini orang tua atau guru menunjukkan nama benda sekaligus
mengucapkan, misalnya sambil memegang kelereng, mereka mengucapkan ”Ini adalah
kelereng”.
2)
Penegasan,
di sini orang tua atau guru ingin meyakinkan kalau anak memahami akan identitas
suatu benda dengan cara memberikan sebuah perintah, misalkan ”Berikan saya dua
buah kelereng”.
3)
Pembedaan,
di sini orang tua dan guru ingin mengetahui apakan anak dapat membedakan suatu
benda dengan benda yang lain, misalnya dengan menunjuk suatu kelereng, mereka
mengatakan, ”Benda apakah ini?”. Bila anak bisa menjawab kemudian bisa
diteruskan dengan pertanyaan, ”Berapakah jumlahnya?”
4)
Pengulangan.
Diulang-ulang untuk setiap topik yang diajarkan kepada anak didik dengan cara
mengganti objek-objek yang digunakan sebagai alat bantu mengajar. Teknik ini
juga digunakan untuk memastikan apakah anak memahami apa yang sedang mereka
kerjakan. Selanjutnya dapat dilanjutkan ke topik yang lebih sulit bila anak
telah benar-benar menguasainya, tetapi hal ini harus disesuaikan dengan
kecepatan anak tersebut menangkap konsep yang diajarkan.
e.
Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Menurut Nugraha (2010: 4.65) bahwa indikator
kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak dan selanjutnya menurut CRI (Children Resources International) (Nugraha,
2010: 8.23) menerangkan bahwa anak ditandai dengan berbagai kemampuan pada
anak, sebagai berikut:
1)
Membilang dan menyebutkan urutan bilangan dari 1 sampai 20
2)
Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20
3)
Membuat urutan bilangan 1 sampai 20 dengan benda-benda
4)
Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 20
(anak tidak disuruh menulis)
5)
Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak
sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
B. Kerangka Pikir
Media adalah merupakan alat yang digunakan sebagai saluran informasi
untuk menyampaikan pesan dari satu sumber ke sumber yang lainnya. Media
merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran tetutama pada anak
di Taman Kanak-kanak. Pada Taman Kanak-kanak media pembelajaran sangatlah
berneka macam bentuk salah satunya yaitu media gambar.
Media gambar adalah merupakan alat berupa gambar yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk-bentuk simbol-simbol komunikasi
visual yang biasanya memuat gambar orang, buah-buahan, tranportasi, binantang
dan lain-lain.
Pada Taman Kanak-kanak proses pembelajaran sangatlah berbeda dengan usia
diatasnya, pembelajaran pada anak Taman Kanak-kanak dilakukan melalui bermain
sahingga mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak itu sendiri. Oleh
karena itu, media gambar yang digunakan haruslah menarik sehingga mampu menarik
perhatian dan minat anak. Karena media gambar merupakan alat bantu yang
digunakan dalam proses belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan
yang dituangkan dalam bentuk memberi label dan menggambarkan bentuk
simbol-simbol komnikasi baik berupa gambar orang, tempat, benda-benda sekitar,
binatang dan lain-lain.
Dengan menggunakan media gambar diharapkan mampu mengembangkan kemampuan
mengenal konsep bilangan pada anak, karena konsep bilangan merupakan hal yang sangat
penting yang harus dikembangkan karena dengan berkembangnya kemampuan
kecerdasan logika matematis anak (kemampuan konsep bilangan) mampu menunjang
berkembang kecerdasan-kecerdasan lainnya.
Pada usia dini merupakan usia yang sangat efektif untuk megembangkan
berbagai kemampuan yang dimiliki anak salah satunya yaitu kemampuan mengenal
konsep bilangan anak, dalam mengembangkan kemampuan mengenal konsep bilangan
pada anak, dapat dilakukan dalam berbagai cara termasuk permainan berhitung.
Pada konsep bilangan itu sendiri melibatkan pemikiran tentang berapa
jumlah dan banyaknya benda termasuk menghitung dalam menjumlahkan satu atau dua
dan seterusnya.
Untuk lebih jelanya akan di jelaskan melalui gambar kerangka pikir
sebagai berikut:
Indikatornya:
1. Membilang urutan bilangan dari 1 sampai 10
2. Membilang (mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda) sampai 10
3. Membuat urutan bilangan 1 sampai 10 dengan
benda-benda
4. Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan
benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis)
5. Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama
jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
|
Langkah-langkahnya:
1. Memperkenalkan kepada setiap anak berbagai jenis
media gambar dengan
konsep bilangan
2. Tanyakan pada anak apa konsep bilangan pada
media gambar yang sedang Anda pegang secara bergantian dengan media
gambar yang lain.
3. Karena media gambar bilangan beraneka bentuk
dan warna, guru menanyakan apa bentuknya dan warnanya.
4. Memberikan
kesempatan dan dorongan kepada setiap anak mencoba menggunakan media
gambar sesuai dengan fantasi dan imajinasi anak.
|
Indikatornya:
1. Membilang urutan bilangan dari 1 sampai 10
2. Membilang (mengenal konsep bilangan dengan
benda-benda) sampai 10
3. Membuat urutan bilangan 1 sampai 10 dengan
benda-benda
4. Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan
benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis)
5. Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama
jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
|
Konsep
Bilangan Anak (sesudah treatment)
|
Konsep
Bilangan Anak (sebelum treatment)
|
Media Gambar
(Tindakan)
|
Gambar 2.1. Skema
Kerangka Pikir
|
C.
Hipotesis
Ada pengaruh penggunaan media gambar terhadap
pengembangan kemampuan konsep bilangan pada anak di Taman Kanak-kanak
Siamelleri Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah bersifat kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan eksperimen sederhana (pra eksprerimen). Menurut Sugiyono (2008:109)
bahwa “alasan menggunakan desain pra ekperimen atau pre-eksperimental designs (nondesigns) karena desain ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh”. Dalam penelitian ini digunakan one group pretest-postest design dengan
tujuan untuk membandingkan keadaan setelah perlakuan dengan keadaan sebelum
perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X
O2
|
Keterangan :
O1 = Nilai pretest
perilaku sosial anak (sebelum diberi perlakuan dengan menggunakan media
pembelajaran)
X = Perlakuan
O2 = Nilai postest
perilaku sosial anak (setelah diberi perlakuan dengan menggunakan media
pembelajaran)
32
|
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Taman Kanak-kanak Siamelleri Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah anak kelompok B sebanyak 10 anak.
C. Variabel dan Definisi Operasional
a. Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh
yaitu media gambar, dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi yaitu
kemampuan mengenal konsep bilangan.
b. Definisi Operasional
Untuk tidak membuat pemahaman yang berbeda-beda tentang variabel
yang diteliti, maka perlu diberikan defenisi oprasional yaitu:
1.
Media
gambar adalah merupakan alat bantu yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang apat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar
pada diri peserta didik dituangkan dalam bentuk memberi label dan
menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik berupa gambar orang, tempat, benda-benda
sekitar, binatang, konsep
bilangan dan lain-lain.
2.
Kemampuan
mengenal konsep bilangan adalah kesanggupan atau kekuatan anak usia dini dalam
mengetahui dasar-dasar matematika berupa bilangan yang mulai dipelajari oleh anak-anak
adalah bilangan untuk menghitung kuantitas. Artinya bilangan itu menunjuk
besarnya kumpulan benda. Bilangan ini berbeda dengan bilangan urut (bilangan
ordinat), seperti: Pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Yang digunakan untuk
menerangkan urutan, penggunaan jari dapat dilakukan untuk menyebut urutan
bilangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu teknik observasi dan dokumentasi, berikut penjelasanya:
1.
Observasi, dilakukan untuk memperoleh data dengan
menggunakan pengamatan langsung di lokasi penelitian yaitu Taman Kanak-kanak
Siamelleri Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone untuk mencatat fenomena atau
kejadian yang terjadi secara sistematis mengenai kemampuan mengenal konsep
bilangan pada anak di kelompok B. Dengan menggunakan skala penilaian yaitu
baik, cukup, kurang, dengan skor jika jawabanya baik maka skornya (3), jika
jawabannya cukup maka skornya (2) dan jika jawabanya kurang maka skornya (1).
2.
Dokumentasi, dilakukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian seperti nama anak-anak.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis data hasil pengamatan kemampuan konsep bilangan anak
antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan media
gambar. yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis
statistik nonparametrik. Berikut penjelasannya:
1.
Analisis Statistik Deskriptif.
Analisi statistik deskriptif dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kemampua mengenal konsep
bilangan anak didik antara sebelum dan sesudah diajar
dengan menggunakan media gambar. Dan untuk memperoleh hasil gambaran
umum mengenai rata-rata tingkat kemampuan mengenal konsep bilangan anak
didik dilakukan dengan perhitungan rata-rata menurut Hadi (2000:37) dengan
rumus sebagai berikut:
Di mana:
P = Rata-rata
X = Nilai/harga
x
N = Jumlah data
2.
Analisis
Statistik Non Parametrik
Analisis statistik non parametrik
digunakan karena dalam penentuan subjek penelitian tidak dilakukan pengacakan,
selain itu juga jumlah subjek pada Taman Kanak-kanak Siamelleri Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone, hanya 15 anak saja sehingga tidak memungkinkan untuk
inferensial. Untuk analisis uji beda dalam
penelitian maka peneliti menggunakan analisis uji beda Wilcoxon dengan kriteria uji sebagai berikut:
Ho ditolak jika: T hitung < T
tabel
Ho diterima jika: T hitung ≥ T tabel
Ho diterima jika: T hitung ≥ T tabel
Jika sampel
berpasangan lebih besar dari 25, maka distribusinya dianggap akan mendekati
distribusi normal. Untuk itu digunakan Z sebagai uji statistiknya:
Di mana:
N = banyak data yang berubah setelah diberi
perlakuan berbeda
T = jumlah ranking terkecil dari nilai selisih
T = jumlah ranking terkecil dari nilai selisih
Kriteria keputusan pengujiannya adalah:
Ho diterima apabila Z ≤ Zα/2
Ho ditolak apabila Z > Zα/2
1 komentar:
daftar pustakanya gx ada gan?
Posting Komentar