Minggu, 13 Mei 2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat peka, sehingga membutuhkan stimulus yang tepat dari orang di sekitar lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dunia anak adalah bermain, maka orang dewasa harus mampu mendukung kegiatan anak tersebut. Karena dengan bermain anak mampu mengembangkan beberapa kecerdasan yang dimilikinya salah satunya yaitu kecerdasan logika matematika.
Bermain juga merupakan dasar bagi perkembangan dan sumber energi bagi mereka. Bermain merupakan bagian dari perkembangan dalam suatu ekspresi dari personalitas perkembangan anak, intra personal, kapasitas sosial dan perkembagan fisik pada anak.
Pada saat yang sama, melalui bermain juga anak-anak mengarahkan (direct) energi mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka pilih, dan melalui bermain anak-anak juga bisa mengekspresikan semua yang ada dalam pikiran dan yang dirasakan anak apakah anak sedang sedih ataupun anak sedang bahagia. Akan tetapi bermain justru membuat anak bahagia.
1
Semua bentuk atau jenis permainan dapat menimbulkan dampak yang positif dan dampak yang negatif. Misalnya permainan dengan kartu gambar dari segi positif saat anak mengocok kartu hal ini bisa melatih kecerdasan kinestetik, pada saat membagi kartu bisa melatih kecerdasan logika matematika. Dari segi negatif saat anak bermain dengan mempertaruhkan kartunya untuk mendapatkan yang lebih banyak lagi maka hal ini bisa menuju arah judi dan lain-lain.
Banyak jenis permainan yang beredar di masyarakat, dari permainan yang murah sampai dengan yang mahal, yang modern sampai dengan yang tradisional. Di lingkungan sekolah anak usia dini sekarang banyak yang menjual berbagai jenis mainan yang mereka gunakan untuk alat permainan mereka. Setiap kali ada jenis mainan yang baru mereka langsung antusias untuk membelinya, walau mereka membeli hanya karena ikut-ikutan teman dan tanpa memperdulikan kemampuan dalam menggunakannya.
Para pakar psikologi sepakat bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan kebutuhan bermain bagi mereka adalah hampir sama seperti kebutuhan akan makan dan minum. Oleh karena itu, para pendidik dalam bermain dengan menggunakan media alam sudah mulai diperkenalkan kembali kepada anak didik mereka. Mereka melihat banyak alam sekitar anak juga dapat digunakan sebagai media, dan melatih kecerdasan anak didik mereka, selain itu mereka yakin bahwa anak-anak akan senang dengan menggunakan media alam tersebut, karena akan lebih mudah dipakai dan digunakan.
Oleh karena itu, peran guru dalam menentukan media dalam proses belajar mengajar, dituntut untuk kreatif dalam kehidupan karena sangat penting dalam upaya mengembangkan berbagai jenis aspek perkembangan yang dimiliki oleh tiap anak. Dengan memiliki guru yang kreatif seorang anak tidak perlu menghabiskan uang atau takut dengan mainan yang akan digunakan untuk menstimulus perkembangan anak. Salah satu cara yaitu dengan menggunakan media alam yang ada disekitar anak untuk meningkatkan kecerdasan logika matematika, seperti: lidi, biji-bijian, sayur, batu, pohon-pohon, dan sebagainya, karena dengan menggunakan media alam dapat membantu seorang pendidik dalam proses pembelajaran karena tidak perlu memikirkan biaya yang sangat mahal untuk membeli di toko yang sangat mahal.
Karena alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya, sehingga dengan menggunakan media alam yang ada di sekitar anak didik dapat menstimulus berbagai macam bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh tiap anak didik, salah satu kecerdasannya adalah untuk menstimulus kecerdasan logika matematika anak di Tanam Kanak-kanak.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti berhubungan dengan kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone tergolong masih kurang, terlihat ketika anak diminta untuk menghitung berapa buah buku yang ada di meja guru, anak kurang mampu ketika diminta untuk menyebutkan angka yang diperlihatkan, anak tidak bersemangat ketika diberikan mainan berupa puzzel angka atau giomerti  (dipotong menjadi 5 sampai 6 bagian) dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, bahwa kebanyakan guru lebih senang menggunakan media pembelajaran mengajar pada anak itu berupa sempoa, atau alat hitung lainnya. Guru jarang menggunakan media alam sekitar yang bisa  alam contoh: anak diajak keluar dari kelas menuju taman yang ada di sekolah untuk mencari batu, biji-bijian, lidi, buah-buahan, bunga, dan daun-daun dan sebagainya kemudian kita menggunakan alat itu sebagai media agar anak tidak merasa bosan dengan media pembelajaran yang ada di kelas .
Melihat kenyataan di atas, perlu kiranya seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan logika-matematika pada anak dengan cara menggunakan media alam yang ada disekitar anak  sebagai alat untuk meminimalisir kesulitan yang dihadapi oleh anak dalam proses belajaran. Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses belajar untuk membantu anak didik dalam mengasah kemampuan matematika permulaan mereka melalui bermain dengan menggunakan media alam yang ada di sekitar.
Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Oleh karena itu tugas orangtua dan pendidik lah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak. Karena pada dasarnya setiap anak dianugerahi beberapa kecerdasan, salah satunya yaitu kecerdasan matematika logis. Yang mana kecerdasan logika matematika anak dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual.
Untuk mengembangkan kecerdasan logika matematika, pada anak usia dini dapat dilakukan melalui bermain dengan media alam, dan dapat ditempuh melalui pendidikan formal yang merupakan dasar awal pendidikan anak ditempuh melalui Taman Kanak-kanak, dan pendidikan nonformal formal ditempuh melalui Kelompok Bermain(play group) dan Tempat Penitipan Anak dan informal adalah pendidikan dalam keluarga.
Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh bermain dengan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.

B.       Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam penilitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh bermain dengan menggunakan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone?”

C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengatehui pengaruh bermain dengan menggunakan media alam terhadap  kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
D.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu diharapkan padat memberi manfaat secara teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoretis dan manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai berikut: 
1.      Manfaat teoretis
a)      Bagi pengembang ilmu pengetahuan dapat memberikan masukan untuk pengembangan kemampuan kecerdasan logika matematika pada anak melalui bermain dengan media menggunakan alam yang ada di sekitar anak didik.
b)      Bagi peneliti, dapat dijadikan acuan dalam kegiatan penelitian selanjutnya tentangkemampuan logika matematika melalui bermain dengan menggunakan media alam di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
2.      Manfaat Praktis
a)      Bagi pihak sekolah dan guru Taman Kanak-kanak, sangat  bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan dalam proses belajar mengajat melalui bermain dengan menggunakan media alamuntuk meningkatkan kemampuan logika matematika pada anak.
b)      Bagi orang tua bermanfaat untuk memberikan bimbingan, ketika bermain atau belajar dengan menggunaka media alam yang ada disekitar anak dalam mengembangkan logika matematika anak.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.      Kajian Pustaka
1.    Pengertian Kemampuan Logika Matematika
Kemampuan adalah “kesanggupan atau kecakapan(KBBI, 1999:72) sedangkan logika matematika adalah“kemampuan menalar, menghitung dan menangani pemikiran logis”. (Shahib, 2003:35). Jadi kecerdasan logika matematika, adalah “kemampuan menggunakan bilangan atau angka, diajarkan melalui berhitung, membedakan bentuk dan bermain dengan benda-benda yang ada di sekitar anak”. Sedangkan menurut Indriyani (2008:68) cerdas matematika dan logika adalah “kecerdasan dalam hal sains dan berhitung”.
Menurut Nurrahma (2008) bahwa kemampuan logika matematika adalah:
Suatu kekuatan atau kesanggupan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam mempelajari tentang metode-metode atau prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dan yang salah sehingga akan melahirkan kemampuan manusia dalam berfikir rasional, kritis, lurus, tepat, metodis dan koheren serta meningkatkan kemampuan manusia dalam berfikir secara abstrak, cermat dan obyektif dan juga meningkatkan kemampuan manusia untuk berfikir secara tajam dan mandiri.

Sedangkan menurut Adiningsih (2008: 5) bahwa kecerdasan logis matematis adalah:
7
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk menganalisis masalah secara logis, menemukan rumus dan pola tertentu, serta menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Kecerdasan ini juga berkaitan dengan aktivitas berfikir dan berargumentasi, baik secara induktif (penjabaran ilmiah dari umum ke khusus) maupun deduktif  (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum).

Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk mengurutkan  dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.(Rohmitawati. 2008).
Setiap orang tua maupun guru mampu mengetahui bahwa anak tersebut melalui bakat atau kecerdasan logika matematika dengan cara melihat ciri-ciri kecerdasan logika matematis. Sedangkan menurut (Widayati, dan Widijati: 2008:128) menjelakan bahwa dalam kecerdasan logika matematika anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)      Ahli bermain catur, dam, ular tangga, monopoli dan permainan strategi lainnya.
b)      Berfikir secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan, dan membangun argumentasi yang kuat.
c)      Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
d)     Mengajukan pertanyaan seperti, “mengapa langit biru?”
e)      Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu, dan prinsip sebab akibat.
f)       Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret.
g)      Menghabiskan banyak waktu untuk memainkan teka-teki logika seperti kubus rubik atau permainan logika.
h)      Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala.
i)        Menikmati menggunakan bahasa komputer atau program software logika.
j)        Suka mencatat secara teratur.
k)      Suka menyusun dalam kategori atau hirarki.
l)        Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi dan hukum.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan logika matematika adalah kemampuan manusia dalam berfikir rasional, kritis, lurus, tepat, metodis dan koheren serta meningkatkan kemampuan manusia dalam berfikir secara abstrak, cermat dan obyektif dan juga meningkatkan kemampuan manusia untuk berfikir secara tajam dan mandiri baik secara induktif (penjabaran ilmiah dari umum ke khusus) maupun deduktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum).
Sedangkan kecerdasan logika matematika pada anak usia dini adalah kemampuan atau kecakapan seorang anak dalam menalar, kemampuan menggunakan bilangan atau angka yang diajarkan melalui berhitung, membedakan bentuk dan bermain dengan benda-benda yang ada di sekitar anak, cerdas dalam hal sains dan juga menangani pemikiran logis.

2.    Kemampuan Logika Matematika Anak
Menurut Asmawati (2010: 6.1) bahwa:
Pendidkan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan dengan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu  pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut para ahli spikologi, usia dini (0 sampai 8) tahun sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan potensinya. Usia ini biasa di sebut ”usia emas” (the golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang lagi, dan sangat menentukan untuk pengembangan kualitas manusia. Sedangkan menurut Santrock (2007:20) bahwa:
Masa kanak-kanak merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai akhir masa bayi (24 bulan) hingga sekitar usia 5 sampai 6 tahun, terkadang periode ini disebut tahun-tahun pra sekolah, dan selama waktu tersebut anak mulai belajar mandiri dan merawat diri sendiri, dan mengembangkan keterampilan kesiapan sekolah dan mereka menghabiskan berjam-jam untuk bermain dengan teman sebayanya.

Menurut Keith Osborn, Burton L. white, dan Benyamin S. Bloom (Mutiah,2010: 3) bahwa berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa:
Perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun, peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan.

Masa usia dini merupakan masa belajar yang paling potensial;  masa anak usia dini disebut sebagai golden age atau magic years. NAEYC (1992) mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan sebagai masa-masanya belajar dengan slogan Early Years are Learning Years. Apapun yang kita ajarkan akan mudah ditiru dan dipelajarinya. Walaupun anak belum dapat mengungkapkan dengan baik, tetapi apa yang mereka pelajari lebih dari apa yang mereka ucapkan. Hal ini disebabkan selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek.
Oleh karena itu orang tua maupun guru sangat berperan penting dalam hal memberikan rangsangan atau stimulusi dan perlakuan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan anak. Ketika lingkungan anak baik maka pertumbuhan anak juga akan baik.
Menurut Mutiah (2010: 11) menjelaskan bahwa:
Karena anak belajar melalui seluruh panca indranya, melalui berbagai macam alat-alat indaranya. Indra penglihatan, indra penciuman, indra perabaan, indra pendengaran, kekuatan motorik halus maupun motorik kasarnya (tangan dan jari-jarinya, kakinya) serta kemampuan berfikir, bernalar, mengingat, dan memproses segala informasi yang diperoleh dari lingkungannya.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner (Widayati dan Widijati, 2008: 6) yang  menyatakan bahwa:
Terdapat sembilan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan Logis-matematis, linguistik-verbal, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik-ragawi, kecerdasan natural, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan eksistensial.

Sedangkan menurut Indriyani (2008: 72) menjelaskan bahwa:
Untuk melatih kecerdasan logika-matemati pada anak adalah dengan mengajarkan cara mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer, dan sebagainya.

Menurut Seefeldt dan Wasik (2008: 387) bahwa “Anak-anak belajar konsep matematika sesuai dengan usia, yaitu mereka harus mengembangkan bahasa matematikanya, kesempatan interkatif untuk pengalaman matematikan, memotivasi minat terhadap matematikanya”. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a)    Mengembangkan bahasa matematika
Pembelajaran langsung tentang kosa kata matematika dianjurkan untuk membantu anak-anak memahami kata-kata tertentu. Karena anak-anak biasanya tidak menggunakan kosa kata metamatika secara spontan, biasa diingatkan bahwa mereka ingin ”setengah” roti dan “seperempat” apel, bahwa jendela adalah “persegi empat”. Dan bahwa tanda hati-hati adalah segitiga.
b)   Kesempatan interaktif untuk pengalaman matematika
Anak-anak memerlukan berbagai bahan untuk dilatih dan kesempatan untuk menyortir, menggolongkan, menghitung, menimbang, mengukur, menumpuk, menyelidiki jika mereka hendak membangun pengetahuan matematikanya. Dan untuk medapatkan kesempatan belajar matematika, anak-anak memerlukan:
1)   Pengalaman-pengalaman yang langsung berhubungan dengan matematika.
2)   Interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa berkenaan dengan pengalaman ini.
3)   Waktu untuk merefleksi pengalaman-pengalaman tersebut.
c)    Memotivasi minat terhadap matematika.
Kegiatan yang sesuai harus sesuai dengan usia dan minat anak-anak bisa memotivasi mereka untuk menyukai matematika.Sedangkan menurut Gunarti, dkk (2010: 7.6) bahwa:
Pengembangan kemampuan matematika permulaan pada anak antara lain: mengklasifikasikan benda, membuat pola, mengenal konsep angka (mengenal arti angka, menghitung, korespondensi satu-satu), kegiatan mengukur, dan kegiatan mengenal bentuk geometri.

Berikut akan dijelaskan lebih rinci:
a)      Mengklasifikasikan benda
Dalam mengklasifikasikan susuatu apapun pada anak usia 3-4 tahun sangat perlu dikembangkan, dengan cara meminta anak untuk mengkelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti: berdasarkan bentuk, warna, maupun berdasarkan ukurannya, seperti: kancing baju, biji-bijian, manik-manik, dan benda-benda yang dimiliki anak
b)      Membuat pola
Membuap pola merupakan rangkaian suatu benda yang disusun berulang. Kegiatan menyusun pola dapat dikembangkan dengan pemberian tugas kepada anak untuk menyusun pola tertentu dalam bentuk dua atau tiga pola. Membuat pola dapat menggunakan teknik dalam pengemb          angan seni, seperti mewarnai, dan mencetak pola.
c)      Mengenal konsep angka (mengenal arti angka, menghitung, korespondensi satu-satu).
Pada tahap awal anak dalam mengenal konsep angka adalah anak perlu memahami tentang konsep angka yang tidak berubah-lima titik di atas kertas sama dengan lima bola di dalam keranjang atau lima jari di tangan kanan. Karena jika anak hanya menghafal urutan angka, namun belum mengenal konsep angka secara tetap. Setelah anak memahami ketetapan suatu angka maka anak akan belajar berhitung. Pendidik dapat menyediakan banyak benda-benda yang bisa di ganakan oleh anak untuk berhitung, seperti: biji-bijian, buah-buahan, manik-manik, batang korek api, daun-daun, dan masih banyak lagi.
d)     Kegiatan mengukur
Dalam kegiatan mengukur, maka akan melibatkan kegiatan menetapkan jumlah tertentu, seperti: termometer yang digunakan untuk mengukur suhu, jam untuk mengukur waktu, sendok untuk menakar jumlah sesuatu, dan penggaris untuk mengukur panjang. Guru dapat memberikan tugas kepada anak mengukur sesuatu dengan menggunakan alat ukur baku dan non baku. Sedangkan yang dimaksud dengan alat ukur baku disini adalah alat ukur yang ukurannya dapat berubah-ubah, sedangkan alat ukur non baku adalah alat ukurannya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi alat ukur itu sendiri atau berdasarkan suatu kesepakatan dalam ruang lingkup tertentu.
e)      Kegiatan mengenal bentuk geometri
Anak perlu dikenalkan dengan beragam bentuk geometri, terlebih dahulu dalam bentuk dua dimensi. Kegiatan pemberian tugas bagi anak, akan difokuskan pada benda geometri yang sederhana, seperti lingkaran, segia empat, dan segi tiga dan jangan mencoba lebih banyak benda lagi sebelum anak memahami ketiga bentuk tersebut. Hal ini bertujuan agar anak tidak mengalami kehancuran dengan nama berbagai macam objek.

3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan logika matematika pada anak
Kecerdasan majemuk dipengaruhi oleh dua faktor utama yang saling terkait, yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan (kebutuhan fisik-biologis: terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensori dan motor. Dan “emosi, kasih sayang, seoang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus” (Indriyani, 2008:70).
Sedangkan menurut widayati dan Widijati (2008: 28) bahwa “faktor-faktor yang turut mempengaruhi kecerdasan anak adalah faktor genetik (keturunan), faktor manakan sehat, faktor perawatan, dan faktor lingkungan”. Untuk lebih jelasnya, berikut akan dijelaskan lebih rinci dari tiap-tiap faktor tersebut, antara lain:
a.       Faktor genetik (keturunan)
Faktor genetik merupakan potensi kecerdasan yang sudah ada atau diturunkan karena terkait dengan syaraf-syaraf yang ada pada organ otak.
b.      Faktor makanan sehat
Lebih dari 20 tahun terakhir berbagai penelitian juga mengungkapkan korelasi positif antara gizi, terutama pada pertumbuhan pesat dengan perkembangan fungsi otak, dan ini berlaku sejak anak masi berbentuk janin dalam rahin ibu.Bahan makanan harus diolah sesuai dengan tahap perkembangan daru lumat, lembek , lalu padat. Secara keseluruhan asupan makanan sehari harus mengandung 10 sampai 15 persen kalori dari protein, 20 sampai 35 persen dari lemak, dan 40 sampai 60 persen karbohidrat.
c.       Faktor perawatan
Faktor genetik saja tidak cukup untuk mengembangkan kecerdasan anak secara maksimal. Justru peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan yang dimiliki anak.
d.      Faktor lingkungan
Anak memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk, yang memungkinkan potensi mereka tumbuh dengan maksimal, lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
4.    Indikator kemampuan logika matematika
Menurut CRI (Children Resources International) menerangkan bahwa cara berfikir logis dan matematis ditandai dengan berbagai kemampuan pada anak (Nugraha, 2010: 8.33) adalah sebagai berikut:
a.         Mengklasifikasikan sesuai atribut.
b.         Mengurutkan benda
c.         Memproduksi kembali pola-pola dalam berbagai cara
d.        Membangun dan mengurutkan kembali urutan kejadian
e.         Memahami hubungan kuantitatif
f.          Menunjukkan kesadaran dan menggunakan bentuk-bentuk geometris dengan benar
g.         Memahami hubungan hubungan ruang dasar
h.         Menunjukkan kesadaran akan konsep waktu.


5.    Pengetian bermain dengan media alam
Bermain adalah “merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang dapat menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak” (Ismail, 2009: 35). Sedangkan media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware).
MenurutSoeparno (docstoc.com) media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Media bisa berupa manusia, benda, alat, bahan ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Sedangkan alam adalah segala yang terdapat di langit dan di bumi. Alam disini maksudnya adalah segala yang terdapat di bumi dan ditempati yang ada disekeliling anak atau lingkungan sekitarnya.Perkataan “alam sekitar” atau dalam bahasa Inggris disebut “environment” membawa maksud keadaan sekeliling atau lingkungan. (Mohd Zuhdi Marsuku, 2002).
Menurut Lighart (Hartati, 2005: 78) menjelaskan bahwa:
Alam merupakan barang sesungguhnya yang dapat dijadikan bahan belajar bagi anak.Karena ada tiga kategori yang menjadi pusat perhatian anak, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengelolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi), serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Anak belajar melalui apa yang ada di alam atau lingkungan sekitarnya seperti tanah, tumbuhan, hewan, air yang dapat diolah, dijual di pasar, dan hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Jadi anak juga dibekali keterampilan hidup.
Sedangkan menurut Robin (Hartati: 32) menjelaskan bahwa “salah satu model pembelajaran dimana hampir 90% kegiatan dilakukan dengan berinteraksi dengan alam. Dalam pembelajaran ini anak diajarkan untuk dapat membangun ikatan emosional diantara teman-temannya”.
Jadi bermain dengan media alam adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan alat atau media alam yang ada di sekitar anak, seperti: batu, buah-buahan, sayuran, lidi, dan sebagainya yang dapat memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun dapat mengembangkan imajinasi anak.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengenalkan logika matematika pada anak bisa menggunakan media dari alam sekitar anak. Oleh karena itu guru harus menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan mudah dipahami oleh anak. Penggunaan media pembelajaran yang tidak variatif ternyata banyak berpengaruh pada rendahnya kemampuan anak dalam logika matematika, karena guru cenderung menggunakan media yang konvensional, sehingga anak kurang termotivasi untuk belajar lebih dalam.
Media alam sekitar merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk pembelajaran matematika pada anak, khususnya dalm hal menghitung mengelompokkan warna, membedakan sebar-kecil atau banyak sedikirnya benda dan sebagainya. Media alam sekitar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran. Media ini sangat murah namun dapat dipergunakan secara sangat efektif untuk pembelajaran. Selain itu, media alam sekitar juga dapat menghilangkan kebosanan pada anak. Belajar selama ini selalu di ruang kelas, akan tetapi dengan media alam sekitar anak dapat diajak ke luar ruangan pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini akan menarik perhatian anak, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa:
Media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.

Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa “dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal”. Menurut National Education Association-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah “bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya”.
Menurut Suyanto (2005: 127) bahwa:
“Pembelajaran pada anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain dan bernyanyi. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan demokratis agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, melainkan mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang dilingkungannya, baik secara fisik maupun mental”.

Sementara Piaget (dalam Muksin 2006: 57) melalui teori Cognitif Developmental-nya mengemukakan bahwa “bermain amat penting bagi perkembangan kognitif seorang anak dengan melatih kemampuan adaptasi dengan lingkungannya dan suasana yang menyenangkan”. Dan melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang ada pada diri mereka. Mereka juga bisa beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan sekitarnya. Berbeda bagi anak yang tidak suka bermain, mereka akan sulit beradaptasi dengan lngkungan sekitarnya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam ataupun di luar kelas) menjadi lebih efektif dan efisien.
Menurut Anderson (1983), media terdiri atas bermacam-macam jenis, antara lain: (1) audio, (2) cetak, (3) audio cetak, (4) proyeksi visual diam, (5) proyeksi audio visual diam, (6) visual gerak, (7) audi visual gerak, (8) objek fisik, (9) komputer, serta (10) manusia dan lingkungan.
Media lingkungan (alam sekitar) merupakan media yang murah meriah, namun dapat digunakan untuk hasil yang maksimal. Media ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan media-media lain, salah satunya dapat menghilangkan kejenuhan anak didik karena terus belajar di ruangan kelas. Belajar di alam seitar tentunya akan lebih menyenangkan dan menimbulkan motivasi belajar yang lebih tinggi bagi para anak didik. Hal ini tentunya akan menghasilkan dampak yang positif bagi pembelajaran.
6.    Fungsi bermain dengan media alam
Dalam proses kegiatan bermain dengan menggunakan media alam guna meningkatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak usia dini, memiliki beberapa fungsi.
Menurut Mutiah (2010: 113) bahwa:
“Fungsi bermain pada anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembang anak adalah sebagai sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot-ototnya dan energi yang ada. Aktifitas sensoris motorik merupakan komponen yang paling besar pada semua usia, namun paling dominan pada bayi. Seyogyanya mendapatkan stimulasi visual, pendengaran (verbal), sentuhan (taktil) dan stimulasi kinestetik (gerak)”.

Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar, Nana Sudjana (dalam Djamarah, 1996 : 152 ), Merumuskan fungsi media sebagai berikut :
1)        Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2)        Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
3)        Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran.
4)        Penggunaan media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian anak didik.
5)        Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu anak didik dalam menangkap perhatian yang diberikan guru.
6)        Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Menurut Susilaningsih (2010) Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah perannya sebagai berikut :
a.    Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
b.    Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
c.    Media sebagai sumber belajar bagi anak.

7.    Pemanfaatan alam sekitar sebagai media pembelajaran
Alam adalah merupakan media yang tak terbatas bagi anak didik untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam mengembangkan dan membangun pengetahuan mereka. Menurut Susanto (2011) bahwa “alam sekitar bisa dijadikan sebagai media pembelajaran”, diantaranya sebagai berikut:
a.         Taman (dirancang sebagai tempat bermain sambil mempelajari berbagai hal tentang etika, bahasa, intelektual, motorik, disiplin, emosi, dan sosiobilitas, serta menumbuhkan berbagai inovasi). Diantara kegiatan yang dapat dilakukan di taman ialah brainstorming, perdebatan, perangkuman atau intisari suatu bacaan, story reading, story telling.
b.        Tanah liat (dimanfaatkan untuk membuat berbagai ciptaan dengan penuh daya eksplorasi, komunikasi dan informasi, serta daya imajinasi dan persepsi seni).
c.         Air (dimanfaatkan untuk menjelaskan sifat air dan berbagai peristiwa alam).
Sifat air :(1) mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, (2)  mudah berubah menjadi padat atau es jika didinginkan sampai suhu tertentu, menjadi gas atau uap jika dipanaskan sampai suhu tertentu dan hilang di udara, menjadi air kembali jika mengalami pendinginan di udara, (3) memiliki kekuatan bisa merubah bentuk tanah (erosi), dan menghancurkan batuan keras di pantai (abrasi).
Air untuk menjelaskan peristiwa alam: (1) Peristiwa mengapung dan tenggelam, (2)  Mengamati tumbuhan minum.
d.        Tanah (dimanfaatkan untuk menjelaskan terbentuknya tanah oleh pengaruh cuaca pada bebatuan di permukaan tanah), bahan yang terkandung didalamnya (mineral dan humus/sisa tumbuhan), serta benda yang ada didalamnya (bakteri, hewan kecil, air dan udara).
e.         Pasir (dimanfaatkan untuk mengembangkan daya motorik siswa/bermain sambil belajar).
Menurut Lighart (Hartati, 2005: 78) menjelaskan bahwa “beliau mengutamakan pembelajaran melalui lingkungan di sekitar anak. Alam merupakan barang sesungguhnya yang dapat menjadi bahan belajar bagi anak”. Sedangkan menurut Vaquette (Hartati,2005:32) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek penting dalam alam, yaitu:
a.       Alam merupakan ruang lingkup untuk menemukan kembali jati diri secara kolektif dan menyusun kembali kehidupan sosial.
b.      Alam merupakan ruang lingkup yang dapat dieksplorasi. Jika anak-anak tidak mengenal lokasi kegiatannya, maka anak akan menggunakan sebagian besar waktu yang tersedia untuk mengetahui apa kira-kira yang akan mereka kerjakan di tempat itu.
c.       Peranan pendidik di lokasi kegiatan. Seorang pendidik harus sekaligus menjadi pengajar, pendidik, serta pembimbing kegiatan. Sebagai pengajar yang baik harus dapat memberikan pengetahuan yang dapt diterapkan oleh para muridnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa alam sekitar anak adalah merupakan ciptaan Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia salah satunya yaitu dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada anak Taman Kanak-kanak. Maka dari itu orang tua maupun guru harus mengajarkan anak, agar selalu menjaga dan melindungi alam sekitar mereka, karena alam sangat bermanfaat bagi manusia.
8.    Langkah-langkah bermain dengan media alam
Dunia anak adalah bermain, pada anak bermain apapun adalah hal yang sangat menyenangkan baik menggunakan alat ataupun tidak. Akan tetapi anak lebih cenderung suka bermain dengan menggunakan alat, baik dengan menggunakan media alam yang ada disekitar anak.  Dengan menggunakan media alam maka anak bereksperimen dengan alam di sekitar anak tersebut, karena dengan bereksperimen anak didik mampu melibatkan peserta didik bekerja dengan menggunakan benda-benda, bahan-bahan yang ada di sekitar anak, dan perlatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok dalam suatu bentuk pembelajaran.
 Menurut Simamora (2011:184) bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan media alam adalah:
a)        Tetapkan tujuan eksperimen,
b)        Persiapkan alat atau bahan yang diperlukan,
c)        Persiapkan tempat eksperimen,
d)       Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat yang tersedia,
e)        Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan atau bahaya,
f)         Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan,
g)        Berikan penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan tahapan-tahapan yang mesti dilakukan peserta didik, termasuk  yang dilarang dan yang membahayakan.

B.       Kerangka Pikir
Bermain bagi anak adalah merupakan upaya memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi atau pendidikan. Bahkan bermain bagi anak usia balita merupakan salah satu intervensi penting untuk mengurangi dampak menurunnya IQ pada balita yang mengalami gangguan gizi ketika bayi, khususnya apabila intervensi pemberian makanan bergizi terlambat dilakukan.
Pada umumnya semua anak suka bermain, kecuali anak yang sedang tidak enak badan yang tidak suka bermain. Kegiatan bermain anak perlu mendapatkan perhatian para pendidik anak usia dini. Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak, baik perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional.                                          
Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa pembelajaran anak usia dini harus menerapkan esensi bermain. Esensi bermain meliputi perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak terlibat aktif. Prinsip bermain sambil belajar mengandung arti bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, gembira, aktif, dan demokratis, karena dengan bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap.
Anak biasanya suka bermain baik dengan menggunakan alat ataupun tidak, akan tetapi kebanyakan dari anak lebih suka bermain dengan menggunakan media alam yang ada disekitar anak didik, seperti: bermain pasir, batu dan daun-daun. Karena dengan pasir anak mampu berekplorasi membetuk sebuah bentuk, rumah, membadakan mana yang kasar dan mana yang halus, dan seterusnya, dan ketika anak bermain dengan batu anak mampu menghitung batu tersebut sesuai dengan pengetahuan anak tentang konsep bilangan, membandingkan mana yang besar dan kecil, membedakan bentuk batu dan seterusnya, sedangkan media alam berupa daun-daun, anak mampu menggunakan daun sebagai uang ketika mereka bermain peran sebagai penjual dan pembeli, daun juga bisa dijadikan mie, mampu membedakan warna dan bentuk daun, daun juga bisa dijadikan topi, dan seterunya.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media alam yang ada disekitar anak dapat kita gunakan sebagai media pembelajaran dalam mengembangkan kecerdasan logika matematika anak. Karena dengan menggunakan media alam berupa batu, pasir dan daun-daun, anak dapat menghitung benda tersebut, membedakan bentuk benda tersebut, dan berfikir secara logis tentang benda tersebut. Karena kecerdasan logika matematika pada anak usia dini adalah merupakan kemampuan atau kecakapan seorang anak dalam menalar, kemampuan menggunakan bilangan atau angka yang diajarkan melalui berhitung, membedakan bentuk dan bermain dengan benda-benda yang ada di sekitar anak, cerdas dalam hal sains dan juga menangani pemikiran logis.

C.      Hipotesis
Terdapat pengaruh bermain menggunakan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.



BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh bermain dengan menggunakan media alam  terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen sederhana (pra eksperimental), untuk mengungkap kemampuan logika matematis pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone, sehingga dapat meningkat setelah diberi perlakuan melalui bermain dengan menggunakan media alam.

B.       Variabel dan Desain Penelitian
Ada dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yaitu bermain dengan menggunakan media alam, dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi yaitu kemampuan logika matematika  anak.
30
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ekperimen ini adalah Pre-Experimental. Adapun jenis desain yang digunakan oleh peneliti ialah One Group Pretest and Posttest One Group Design. Pada desain ini sampel diberi tes awal terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal sebelumnya kemudian diberi perlakuan, setelah diberikan perlakuan kemudian diberikan tes akhir, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Pretest             Perlakuan             Posttest
     O1                             X                         O2

 


Gambar 3.1.  Desain Penelitian
Keterangan:
O1    =   Kemampuan logika matematika anak sebelum diberi perlakuan melalui bermain dengan  media alam
X    =  Perlakuan
O2   =  Kemampuan logika matematika anak setelah diberi perlakuan melalui bermain dengan media alam
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh bermain dengan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.

C.      Definisi Operasional Variabel
Untuk tidak membuat pemahaman yang berbeda-beda tentang variabel yang diteliti, maka perlu diberikan defenisi oprasional yaitu:
a.         Kemampuan logika matematika pada anak adalah kemampuan melakukan penalaran, yang berhubungan dengan bilangan atau angka, membedakan bentuk dan kemampuan untuk memecahkan masalah dengan rasional dan berpikir jernih. Sedangkan yang dimaksud kemampuan logika matematika pada anak dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengurutkan bilangan 1 sampai 20 sesuai dengan konsepnya, kemampuan anak dalam membedakan besar-kecil berat-ringan suatu benda, kemampuan anak dalam mengelompokkan benda sesuai jenisnya, dan kemampuan anak dalam menyebut dan memnunjukkan benda geometri.
b.         Bermain dengan media alam adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan alat atau media alam yang ada disekitar anak, seperti: batu, buah-buahan, sayuran, lidi, dan sebagainya yang dapat memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun dapat mengembangkan imajinasi anak. Sedangkan yang dimaksud dengan media alam pada pada kegiatan bermain dalam penelitian ini adalah batu, pasir dan daun-daun.

D.      Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak didik di Taman Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone yang berjumlah 35 orang anak didik.
Dalam desain ini teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara porposive sampling atau sampling dengan maksud tertentu. Porposive sampling atau biasa juga disebut dengan sampling pertimbangan. Karena penelitian ini bersifat eksperimen pretest dan posstest one group design, maka satu kelas tersebut ditentukan sebagai sampelnya yaitu anak didik kelompok B di Taman Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone berjumlah 17 anak.
Dengan bertimbangan bahwa pada kelompok B yang berjumlah 17 orang anak didik tersebut mengalami hambatan dalam hal kecerdasan logika matematikanya. Hal tersebut berdasarkan informasi dan hasil observasi yang diberikan oleh guru-guru di Taman Kanak-kanak Teratai. Dalam upaya meningkatka kecerdasan logika matematika anak tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di Taman Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.

E.       Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.         Observasi, dilakukan untuk mencatat fenomena yang terjadi secara sistematis mengenai peningkatan kemampuan logika matematika melalui bermmain denganmedia alam pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
2.         Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone, seperti peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, rekaman kegiatan dan data yang relevan lainnya.

F.       Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan tentang kemampuan logika matematika pada anak, antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan melalui bermain dengan media alam yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial:
1.         Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Untuk kepentingan tersebut maka dibuatkan tabel distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus persentase sebagai berikut:
Dimana:
P  = Persentase
F  = Frekuensi yang dicari persentasenya
N  = Jumlah subjek (sampel)
2.         Statistik non parametrik adalah statistik yang dimaksudkan untuk melihat perbedaan dalam hal kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone dengan bermain menggunakan media alam, kemudian data yang diperoleh dalam penelitian akan diperoleh dengan menggunakan uji beda Wilcoxon (Z).Untuk analisis uji beda digunakan analisis uji wilcoxon signed rank test dengan rumus sebagai berikut:
Distribusi sampling nilai T diketahui bahwa
Untuk landasan pengujian dipergunakan nilai Z
Kriteria keputusan pengujiannya adalah:
Ho diterima apabila Z ≤ Zα/2
Ho ditolak apabila Z > Zα/2