Dunia Anak
Sabtu, 09 Juni 2012
KB/TK INSAN CITA
Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Atas landasan tersebut sehingga KB/TK INSAN CITA didirikan dan Insya Allah resmi dibuka tahun ini. Dengan mengusung visi "membentuk insan yang berkarakter dan kreatif berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya", maka INSAN CITA menciptakan berbagai rancangan program pembelajaran sebagai media dalam mengembangkan kepribadian serta potensi diri (multiple intelegensi) anak. Mengingat perkembangan anak pada masa ini (usia dini 0-8 tahun) masih sangat rentan, maka pengoptimalan media pengajaran tetap dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan mereka sehingga anak akan berkembang dengan lebih baik.
KB/TK INSAN CITA berada di Sulawesi Selatan tepatnya di jalan Lesangi No. 84 Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara.
Anda mendaftarkan anak anda di sini, di jamin 1000% anda tidak salah pilih...(kaya' pilkada)...
come join us...
Jumat, 01 Juni 2012
Minggu, 13 Mei 2012
|
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa
kanak-kanak merupakan masa yang sangat peka, sehingga membutuhkan stimulus yang
tepat dari orang di sekitar lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dunia anak adalah bermain, maka orang
dewasa harus mampu mendukung kegiatan anak tersebut.
Karena dengan bermain anak mampu mengembangkan beberapa kecerdasan yang
dimilikinya salah satunya yaitu kecerdasan logika matematika.
Bermain juga
merupakan dasar bagi perkembangan dan sumber energi bagi mereka. Bermain merupakan
bagian dari perkembangan dalam suatu
ekspresi dari personalitas perkembangan anak, intra personal, kapasitas sosial dan perkembagan fisik pada anak.
Pada saat yang
sama, melalui bermain juga anak-anak mengarahkan (direct) energi mereka
untuk melakukan aktivitas yang mereka pilih, dan melalui bermain anak-anak juga
bisa mengekspresikan semua yang ada dalam pikiran dan yang dirasakan anak apakah
anak sedang sedih ataupun anak sedang bahagia. Akan tetapi bermain justru
membuat anak bahagia.
1
|
Banyak jenis permainan
yang beredar di masyarakat, dari permainan yang murah sampai dengan yang mahal,
yang modern sampai dengan yang tradisional. Di lingkungan sekolah anak usia
dini sekarang banyak yang menjual berbagai jenis mainan yang mereka gunakan
untuk alat permainan mereka. Setiap kali ada jenis mainan yang baru mereka
langsung antusias untuk membelinya, walau mereka membeli hanya karena
ikut-ikutan teman dan tanpa memperdulikan kemampuan dalam menggunakannya.
Para pakar
psikologi sepakat bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Bahkan kebutuhan
bermain bagi mereka adalah hampir sama seperti kebutuhan akan makan dan minum.
Oleh karena itu, para
pendidik dalam bermain dengan menggunakan media
alam sudah mulai diperkenalkan kembali kepada
anak didik mereka. Mereka melihat banyak alam sekitar anak juga dapat digunakan
sebagai media, dan melatih kecerdasan anak didik mereka, selain itu mereka
yakin bahwa anak-anak akan senang dengan menggunakan media alam tersebut, karena
akan lebih mudah dipakai dan digunakan.
Oleh karena itu,
peran guru dalam menentukan media dalam proses belajar mengajar, dituntut untuk kreatif dalam kehidupan karena
sangat penting dalam upaya mengembangkan berbagai jenis aspek perkembangan yang dimiliki
oleh tiap anak. Dengan memiliki
guru yang kreatif seorang anak tidak perlu menghabiskan uang atau takut dengan
mainan yang akan digunakan untuk menstimulus perkembangan anak. Salah satu cara
yaitu dengan menggunakan media alam yang ada disekitar anak untuk meningkatkan
kecerdasan logika matematika, seperti: lidi, biji-bijian, sayur, batu, pohon-pohon,
dan sebagainya, karena dengan menggunakan media alam dapat membantu seorang
pendidik dalam proses pembelajaran karena tidak perlu memikirkan biaya yang
sangat mahal untuk membeli di toko yang sangat mahal.
Karena alam
merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan
berinteraksi dalam membangun pengetahuannya, sehingga dengan menggunakan media
alam yang ada di sekitar anak didik dapat menstimulus berbagai macam bentuk
kecerdasan yang dimiliki oleh tiap anak didik, salah satu kecerdasannya adalah untuk
menstimulus kecerdasan logika matematika anak di Tanam Kanak-kanak.
Berdasarkan
survey awal yang dilakukan oleh peneliti berhubungan dengan kemampuan logika
matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue
Kabupaten Bone tergolong masih kurang, terlihat ketika anak diminta untuk
menghitung berapa buah buku yang ada di meja guru, anak kurang mampu ketika
diminta untuk menyebutkan angka yang diperlihatkan, anak tidak bersemangat
ketika diberikan mainan berupa puzzel angka atau giomerti (dipotong menjadi 5 sampai 6 bagian) dan
sebagainya.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru, bahwa kebanyakan guru lebih senang menggunakan
media pembelajaran mengajar pada anak itu berupa sempoa, atau alat hitung
lainnya. Guru jarang menggunakan media alam sekitar yang bisa alam contoh: anak diajak keluar dari kelas
menuju taman yang ada di sekolah untuk mencari batu, biji-bijian, lidi,
buah-buahan, bunga, dan daun-daun dan sebagainya kemudian kita menggunakan alat
itu sebagai media agar anak tidak merasa bosan dengan media pembelajaran yang
ada di kelas .
Melihat
kenyataan di atas, perlu kiranya seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan
logika-matematika pada anak dengan cara menggunakan media alam yang ada
disekitar anak sebagai alat untuk
meminimalisir kesulitan yang dihadapi oleh anak dalam proses belajaran. Salah
satu media yang dapat digunakan dalam proses belajar untuk
membantu anak didik dalam mengasah kemampuan matematika
permulaan mereka melalui bermain dengan menggunakan media alam yang ada di sekitar.
Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan
keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Oleh karena itu tugas orangtua dan pendidik lah mempertahankan
sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh
dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk
merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak. Karena pada dasarnya setiap anak dianugerahi beberapa kecerdasan, salah satunya yaitu kecerdasan matematika logis. Yang mana kecerdasan logika matematika anak dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang
dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika,
tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual.
Untuk
mengembangkan kecerdasan logika matematika,
pada anak usia dini dapat dilakukan melalui bermain dengan media alam, dan
dapat ditempuh melalui pendidikan formal yang merupakan dasar awal pendidikan
anak ditempuh melalui Taman Kanak-kanak, dan pendidikan nonformal formal
ditempuh melalui Kelompok Bermain(play
group) dan Tempat Penitipan Anak dan informal adalah pendidikan dalam keluarga.
Dari fenomena
di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh
bermain dengan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di
Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
B.
Rumusan Masalah
Adapun Rumusan
masalah dalam penilitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh bermain dengan menggunakan
media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai
Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone?”
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengatehui pengaruh bermain
dengan menggunakan media alam terhadap
kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa
Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian
ini yaitu diharapkan padat memberi manfaat secara teoretis
dan manfaat praktis. Adapun manfaat
teoretis dan manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat
teoretis
a)
Bagi
pengembang ilmu pengetahuan dapat memberikan masukan untuk pengembangan
kemampuan kecerdasan logika
matematika pada anak melalui bermain dengan media menggunakan alam yang ada di sekitar anak didik.
b)
Bagi
peneliti, dapat dijadikan acuan dalam kegiatan penelitian selanjutnya
tentangkemampuan logika matematika melalui bermain dengan menggunakan media
alam di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
2.
Manfaat
Praktis
a)
Bagi
pihak sekolah dan guru Taman Kanak-kanak, sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan dalam proses belajar mengajat melalui
bermain dengan menggunakan media alamuntuk meningkatkan kemampuan logika
matematika pada anak.
b)
Bagi
orang tua bermanfaat untuk memberikan bimbingan, ketika bermain atau belajar dengan menggunaka media alam yang ada
disekitar anak dalam mengembangkan logika
matematika anak.
|
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Pengertian Kemampuan Logika Matematika
Kemampuan adalah “kesanggupan atau kecakapan”(KBBI, 1999:72) sedangkan logika
matematika adalah“kemampuan menalar, menghitung dan menangani pemikiran logis”.
(Shahib, 2003:35). Jadi kecerdasan logika matematika, adalah “kemampuan
menggunakan bilangan atau angka, diajarkan melalui berhitung, membedakan bentuk
dan bermain dengan benda-benda yang ada di sekitar anak”. Sedangkan menurut
Indriyani (2008:68) cerdas matematika dan logika adalah “kecerdasan dalam hal
sains dan berhitung”.
Menurut Nurrahma (2008) bahwa kemampuan
logika matematika adalah:
Suatu kekuatan
atau kesanggupan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam mempelajari tentang
metode-metode atau prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara
penalaran yang benar dan yang salah sehingga akan melahirkan kemampuan manusia
dalam berfikir rasional, kritis, lurus, tepat, metodis dan koheren serta
meningkatkan kemampuan manusia dalam berfikir secara abstrak, cermat dan
obyektif dan juga meningkatkan kemampuan manusia untuk berfikir secara tajam
dan mandiri.
Sedangkan menurut Adiningsih (2008: 5) bahwa kecerdasan logis matematis adalah:
7
|
Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan
penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran
induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan.
Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Menurut Gardner ada kaitan
antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan
matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan
mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik
diperlukan untuk mengurutkan dan menjabarkannya dalam bentuk
bahasa.(Rohmitawati. 2008).
Setiap orang tua
maupun guru mampu mengetahui bahwa anak tersebut melalui bakat atau kecerdasan
logika matematika dengan cara melihat ciri-ciri kecerdasan logika matematis. Sedangkan menurut (Widayati, dan Widijati: 2008:128) menjelakan bahwa dalam kecerdasan logika matematika anak
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Ahli bermain catur, dam, ular tangga, monopoli dan
permainan strategi lainnya.
b)
Berfikir secara sistematis dengan mengumpulkan
bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan, dan membangun argumentasi yang kuat.
c)
Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek
tersebut.
d)
Mengajukan pertanyaan seperti, “mengapa langit biru?”
e)
Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu, dan
prinsip sebab akibat.
f)
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan
konsep dan objek yang konkret.
g)
Menghabiskan banyak waktu untuk memainkan teka-teki
logika seperti kubus rubik atau permainan logika.
h)
Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar
kepala.
i)
Menikmati menggunakan bahasa komputer atau program software logika.
j)
Suka mencatat secara teratur.
k)
Suka menyusun dalam kategori atau hirarki.
l)
Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin,
teknik, akuntansi dan hukum.
Berdasarkan
pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
logika matematika adalah kemampuan manusia dalam berfikir rasional, kritis,
lurus, tepat, metodis dan koheren serta meningkatkan kemampuan manusia dalam
berfikir secara abstrak, cermat dan obyektif dan juga meningkatkan kemampuan
manusia untuk berfikir secara tajam dan mandiri baik secara induktif (penjabaran ilmiah dari umum ke khusus) maupun deduktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum).
Sedangkan kecerdasan logika
matematika pada anak usia dini adalah kemampuan atau kecakapan seorang anak
dalam menalar, kemampuan menggunakan bilangan atau angka yang diajarkan melalui
berhitung, membedakan bentuk dan bermain dengan benda-benda yang ada di sekitar
anak, cerdas dalam hal sains dan juga menangani pemikiran logis.
2.
Kemampuan Logika Matematika Anak
Menurut Asmawati (2010: 6.1) bahwa:
Pendidkan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan dengan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Menurut para ahli spikologi, usia dini (0
sampai 8) tahun sangat menentukan bagi anak dalam mengembangkan potensinya.
Usia ini biasa di sebut ”usia emas” (the
golden age) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang lagi, dan
sangat menentukan untuk pengembangan kualitas manusia. Sedangkan menurut
Santrock (2007:20) bahwa:
Masa
kanak-kanak merupakan periode perkembangan yang terjadi mulai akhir masa bayi
(24 bulan) hingga sekitar usia 5 sampai 6 tahun, terkadang periode ini disebut
tahun-tahun pra sekolah, dan selama waktu tersebut anak mulai belajar mandiri
dan merawat diri sendiri, dan mengembangkan keterampilan kesiapan sekolah dan
mereka menghabiskan berjam-jam untuk bermain dengan teman sebayanya.
Menurut Keith Osborn, Burton L. white, dan Benyamin S. Bloom
(Mutiah,2010: 3) bahwa berdasarkan hasil penelitiannya mengemukakan bahwa:
Perkembangan
intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak.
Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak
berusia 4 tahun, peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20%
sisanya pada pertengahan.
Masa usia
dini merupakan masa belajar yang paling potensial; masa anak usia dini disebut sebagai golden age atau magic years. NAEYC (1992) mengemukakan bahwa “masa-masa awal kehidupan sebagai masa-masanya belajar dengan slogan Early Years are Learning Years”. Apapun yang kita ajarkan akan mudah ditiru dan
dipelajarinya. Walaupun anak belum dapat mengungkapkan dengan baik, tetapi apa
yang mereka pelajari lebih dari apa yang mereka ucapkan. Hal ini disebabkan
selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek.
Oleh karena itu orang tua maupun guru sangat berperan penting dalam
hal memberikan rangsangan atau stimulusi dan perlakuan yang tepat sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Ketika lingkungan anak baik maka pertumbuhan anak juga
akan baik.
Menurut Mutiah (2010: 11) menjelaskan bahwa:
Karena
anak belajar melalui seluruh panca indranya, melalui berbagai macam alat-alat
indaranya. Indra penglihatan, indra penciuman, indra perabaan, indra
pendengaran, kekuatan motorik halus maupun motorik kasarnya (tangan dan
jari-jarinya, kakinya) serta kemampuan berfikir, bernalar, mengingat, dan
memproses segala informasi yang diperoleh dari lingkungannya.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gardner (Widayati
dan Widijati, 2008: 6) yang menyatakan bahwa:
Terdapat sembilan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan Logis-matematis,
linguistik-verbal, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik-ragawi,
kecerdasan natural, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan eksistensial.
Sedangkan menurut Indriyani (2008: 72) menjelaskan bahwa:
Untuk
melatih kecerdasan logika-matemati pada anak adalah dengan mengajarkan cara
mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma,
congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan
komputer, dan sebagainya.
Menurut Seefeldt dan Wasik (2008: 387) bahwa “Anak-anak belajar
konsep matematika sesuai dengan usia, yaitu mereka harus mengembangkan bahasa
matematikanya, kesempatan interkatif untuk pengalaman matematikan, memotivasi
minat terhadap matematikanya”. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai
berikut:
a)
Mengembangkan
bahasa matematika
Pembelajaran langsung tentang kosa kata matematika dianjurkan untuk
membantu anak-anak memahami kata-kata tertentu. Karena anak-anak biasanya tidak
menggunakan kosa kata metamatika secara spontan, biasa diingatkan bahwa mereka
ingin ”setengah” roti dan “seperempat” apel, bahwa jendela adalah “persegi
empat”. Dan bahwa tanda hati-hati adalah segitiga.
b)
Kesempatan
interaktif untuk pengalaman matematika
Anak-anak memerlukan berbagai bahan untuk dilatih dan kesempatan
untuk menyortir, menggolongkan, menghitung, menimbang, mengukur, menumpuk,
menyelidiki jika mereka hendak membangun pengetahuan matematikanya. Dan untuk
medapatkan kesempatan belajar matematika, anak-anak memerlukan:
1)
Pengalaman-pengalaman
yang langsung berhubungan dengan matematika.
2)
Interaksi
dengan anak-anak lain dan orang dewasa berkenaan dengan pengalaman ini.
3)
Waktu
untuk merefleksi pengalaman-pengalaman tersebut.
c)
Memotivasi
minat terhadap matematika.
Kegiatan yang sesuai harus sesuai dengan usia dan minat anak-anak
bisa memotivasi mereka untuk menyukai matematika.Sedangkan menurut Gunarti, dkk (2010: 7.6)
bahwa:
Pengembangan kemampuan matematika permulaan
pada anak antara lain: mengklasifikasikan benda, membuat pola, mengenal konsep
angka (mengenal arti angka, menghitung, korespondensi satu-satu), kegiatan
mengukur, dan kegiatan mengenal bentuk geometri.
Berikut akan
dijelaskan lebih rinci:
a) Mengklasifikasikan benda
Dalam mengklasifikasikan susuatu apapun
pada anak usia 3-4 tahun sangat perlu dikembangkan, dengan cara meminta anak
untuk mengkelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti:
berdasarkan bentuk, warna, maupun berdasarkan ukurannya, seperti: kancing baju,
biji-bijian, manik-manik, dan benda-benda yang dimiliki anak
b) Membuat pola
Membuap pola merupakan rangkaian suatu
benda yang disusun berulang. Kegiatan menyusun pola dapat dikembangkan
dengan pemberian tugas kepada anak untuk menyusun pola tertentu dalam bentuk
dua atau tiga pola. Membuat pola dapat menggunakan teknik dalam
pengemb angan seni, seperti mewarnai, dan mencetak
pola.
c) Mengenal konsep angka (mengenal arti angka, menghitung, korespondensi
satu-satu).
Pada tahap awal anak dalam mengenal konsep angka
adalah anak perlu memahami tentang konsep angka yang tidak berubah-lima titik
di atas kertas sama dengan lima bola di dalam keranjang atau lima jari di
tangan kanan. Karena jika anak hanya menghafal urutan angka, namun belum
mengenal konsep angka secara tetap. Setelah anak memahami ketetapan suatu angka
maka anak akan belajar berhitung. Pendidik dapat menyediakan banyak benda-benda
yang bisa di ganakan oleh anak untuk berhitung, seperti: biji-bijian,
buah-buahan, manik-manik, batang korek api, daun-daun, dan masih banyak lagi.
d) Kegiatan mengukur
Dalam kegiatan mengukur, maka akan
melibatkan kegiatan menetapkan jumlah tertentu, seperti: termometer yang
digunakan untuk mengukur suhu, jam untuk mengukur waktu, sendok untuk menakar
jumlah sesuatu, dan penggaris untuk mengukur panjang. Guru dapat memberikan
tugas kepada anak mengukur sesuatu dengan menggunakan alat ukur baku dan non
baku. Sedangkan yang dimaksud dengan alat ukur baku disini adalah alat ukur
yang ukurannya dapat berubah-ubah, sedangkan alat ukur non baku adalah alat
ukurannya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi alat ukur itu sendiri
atau berdasarkan suatu kesepakatan dalam ruang lingkup tertentu.
e) Kegiatan mengenal bentuk geometri
Anak perlu dikenalkan dengan beragam bentuk
geometri, terlebih dahulu dalam bentuk dua dimensi. Kegiatan pemberian tugas bagi anak, akan difokuskan pada benda geometri yang
sederhana, seperti lingkaran, segia empat, dan segi tiga dan jangan mencoba
lebih banyak benda lagi sebelum anak memahami ketiga bentuk tersebut. Hal ini
bertujuan agar anak tidak mengalami kehancuran dengan nama berbagai macam
objek.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan logika matematika pada
anak
Kecerdasan majemuk dipengaruhi oleh dua faktor utama yang saling
terkait, yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan
(kebutuhan fisik-biologis: terutama untuk pertumbuhan otak, sistem sensori dan
motor. Dan “emosi, kasih sayang, seoang anak dapat mengembangkan berbagai
kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus
menerus” (Indriyani, 2008:70).
Sedangkan menurut widayati dan Widijati (2008: 28) bahwa “faktor-faktor
yang turut mempengaruhi kecerdasan anak adalah faktor genetik (keturunan),
faktor manakan sehat, faktor perawatan, dan faktor lingkungan”. Untuk lebih jelasnya, berikut akan
dijelaskan lebih rinci dari tiap-tiap faktor tersebut, antara lain:
a.
Faktor
genetik (keturunan)
Faktor genetik merupakan potensi kecerdasan yang sudah ada atau
diturunkan karena terkait dengan syaraf-syaraf yang ada pada organ otak.
b.
Faktor
makanan sehat
Lebih dari 20 tahun terakhir berbagai penelitian juga mengungkapkan
korelasi positif antara gizi, terutama pada pertumbuhan pesat dengan
perkembangan fungsi otak, dan ini berlaku sejak anak masi berbentuk janin dalam
rahin ibu.Bahan makanan harus diolah sesuai dengan tahap perkembangan daru
lumat, lembek , lalu padat. Secara keseluruhan asupan makanan sehari harus
mengandung 10 sampai 15 persen kalori dari protein, 20 sampai 35 persen dari
lemak, dan 40 sampai 60 persen karbohidrat.
c.
Faktor
perawatan
Faktor genetik saja tidak cukup untuk mengembangkan kecerdasan anak
secara maksimal. Justru peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan
lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan
kecerdasan yang dimiliki anak.
d.
Faktor
lingkungan
Anak memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk,
yang memungkinkan potensi mereka tumbuh dengan maksimal, lingkungan tersebut
adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
4.
Indikator kemampuan logika matematika
Menurut CRI (Children
Resources International) menerangkan
bahwa cara berfikir logis dan matematis ditandai dengan berbagai kemampuan pada
anak (Nugraha, 2010: 8.33) adalah sebagai berikut:
a.
Mengklasifikasikan sesuai atribut.
b.
Mengurutkan benda
c.
Memproduksi kembali pola-pola dalam berbagai
cara
d.
Membangun dan mengurutkan kembali urutan
kejadian
e.
Memahami hubungan kuantitatif
f.
Menunjukkan kesadaran dan menggunakan
bentuk-bentuk geometris dengan benar
g.
Memahami hubungan hubungan ruang dasar
h.
Menunjukkan kesadaran akan konsep waktu.
5.
Pengetian bermain dengan media alam
Bermain
adalah “merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan
alat yang dapat menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan
kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak” (Ismail, 2009: 35). Sedangkan
media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa
latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau
‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware).
MenurutSoeparno
(docstoc.com) media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan
suatu pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Media bisa
berupa manusia, benda, alat, bahan ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Sedangkan
alam adalah segala yang terdapat di langit dan di bumi. Alam disini
maksudnya adalah segala yang terdapat di bumi dan ditempati yang ada
disekeliling anak atau lingkungan sekitarnya.Perkataan “alam sekitar” atau
dalam bahasa Inggris disebut “environment” membawa maksud keadaan sekeliling
atau lingkungan. (Mohd Zuhdi Marsuku, 2002).
Menurut Lighart
(Hartati, 2005: 78) menjelaskan bahwa:
Alam merupakan barang sesungguhnya yang dapat dijadikan bahan belajar
bagi anak.Karena ada tiga kategori yang menjadi pusat perhatian anak, yaitu
lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan
pengrajin (pengelolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi), serta
lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Anak belajar melalui apa
yang ada di alam atau lingkungan sekitarnya seperti tanah, tumbuhan, hewan, air
yang dapat diolah, dijual di pasar, dan hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia sehari-hari. Jadi anak juga dibekali keterampilan hidup.
Sedangkan menurut Robin (Hartati: 32) menjelaskan bahwa “salah satu model
pembelajaran dimana hampir 90% kegiatan dilakukan dengan berinteraksi dengan
alam. Dalam pembelajaran ini anak diajarkan untuk dapat membangun ikatan
emosional diantara teman-temannya”.
Jadi bermain dengan media alam adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat atau media alam yang ada di sekitar anak, seperti: batu,
buah-buahan, sayuran, lidi, dan sebagainya yang dapat memberikan informasi,
memberikan kesenangan maupun dapat mengembangkan imajinasi anak.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mengenalkan logika matematika pada anak bisa menggunakan media dari alam
sekitar anak. Oleh karena itu guru harus
menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan mudah dipahami oleh anak. Penggunaan
media pembelajaran yang tidak variatif ternyata banyak berpengaruh pada
rendahnya kemampuan anak dalam logika matematika, karena guru cenderung
menggunakan media yang konvensional, sehingga anak kurang termotivasi untuk
belajar lebih dalam.
Media alam sekitar merupakan salah satu media
yang cukup efektif untuk pembelajaran matematika pada anak, khususnya dalm hal
menghitung mengelompokkan warna, membedakan sebar-kecil atau banyak sedikirnya
benda dan sebagainya. Media alam sekitar adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar kita yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran. Media ini
sangat murah namun dapat dipergunakan secara sangat efektif untuk pembelajaran.
Selain itu, media alam sekitar juga dapat menghilangkan kebosanan pada anak.
Belajar selama ini selalu di ruang kelas, akan tetapi dengan media alam sekitar
anak dapat diajak ke luar ruangan pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini
akan menarik perhatian anak, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002),
bahwa:
Media jika dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian
ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi
seorang siswa merupakan media.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah
alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai
pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan
oleh Hamalik (1994) bahwa “dengan penggunaan alat bantu berupa media
komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan
hasil yang maksimal”. Menurut National Education Association-NEA (dalam
Sadiman, dkk., 1990), media adalah “bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak
maupun audio visual beserta peralatannya”.
Menurut Suyanto (2005: 127) bahwa:
“Pembelajaran pada anak usia dini menggunakan prinsip
belajar, bermain dan bernyanyi. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan
demokratis agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, melainkan
mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang dilingkungannya, baik
secara fisik maupun mental”.
Sementara Piaget (dalam Muksin 2006: 57)
melalui teori Cognitif Developmental-nya mengemukakan bahwa “bermain
amat penting bagi perkembangan kognitif seorang anak dengan melatih kemampuan
adaptasi dengan lingkungannya dan suasana yang menyenangkan”. Dan melalui
bermain anak-anak dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang ada pada diri
mereka. Mereka juga bisa beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan sekitarnya.
Berbeda bagi anak yang tidak suka bermain, mereka akan sulit beradaptasi dengan
lngkungan sekitarnya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media
seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat
digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam ataupun di luar kelas) menjadi lebih efektif dan efisien.
Menurut Anderson (1983), media terdiri atas
bermacam-macam jenis, antara lain: (1) audio, (2) cetak, (3) audio cetak, (4)
proyeksi visual diam, (5) proyeksi audio visual diam, (6) visual gerak, (7)
audi visual gerak, (8) objek fisik, (9) komputer, serta (10) manusia dan
lingkungan.
Media lingkungan (alam sekitar) merupakan media
yang murah meriah, namun dapat digunakan untuk hasil yang maksimal. Media ini
memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan media-media lain, salah
satunya dapat menghilangkan kejenuhan anak didik karena terus
belajar di ruangan kelas. Belajar di alam seitar tentunya akan lebih
menyenangkan dan menimbulkan motivasi belajar yang lebih tinggi bagi para anak didik. Hal ini tentunya akan menghasilkan dampak
yang positif bagi pembelajaran.
6.
Fungsi bermain dengan media alam
Dalam proses
kegiatan bermain dengan menggunakan media alam guna meningkatkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak usia dini, memiliki beberapa fungsi.
Menurut Mutiah (2010: 113) bahwa:
“Fungsi bermain pada anak mempunyai beberapa
fungsi dalam proses tumbuh kembang anak adalah sebagai sensoris motoris anak
penting untuk mengembangkan otot-ototnya dan energi yang ada. Aktifitas
sensoris motorik merupakan komponen yang paling besar pada semua usia, namun
paling dominan pada bayi. Seyogyanya mendapatkan stimulasi visual, pendengaran
(verbal), sentuhan (taktil) dan stimulasi kinestetik (gerak)”.
Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar,
Nana Sudjana (dalam Djamarah, 1996 : 152 ), Merumuskan fungsi media sebagai
berikut :
1)
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2)
Penggunana media pengajaran merupakan bagian
yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
3)
Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan
dari sisi pelajaran.
4)
Penggunaan media bukan semata-mata alat
hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian
anak didik.
5)
Penggunaan media dalam pengajaran lebih
dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu anak didik dalam menangkap
perhatian yang diberikan guru.
6)
Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan
untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Menurut Susilaningsih (2010) Ketika fungsi-fungsi
media pengajaran itu diaplikasikan kedalam proses belajar mengajar, maka
terlihatlah perannya sebagai berikut :
a.
Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari
keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
b.
Media dapat memunculkan permasalahan untuk
dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
c.
Media sebagai sumber belajar bagi anak.
7.
Pemanfaatan alam
sekitar sebagai media pembelajaran
Alam adalah merupakan media yang tak terbatas bagi anak didik untuk
berekplorasi dan berinteraksi dalam mengembangkan dan membangun pengetahuan
mereka. Menurut Susanto (2011) bahwa “alam sekitar bisa dijadikan sebagai media
pembelajaran”, diantaranya sebagai berikut:
a.
Taman (dirancang sebagai tempat bermain sambil
mempelajari berbagai hal tentang etika, bahasa, intelektual, motorik, disiplin,
emosi, dan sosiobilitas, serta menumbuhkan berbagai inovasi). Diantara kegiatan
yang dapat dilakukan di taman ialah brainstorming, perdebatan,
perangkuman atau intisari suatu bacaan, story reading, story telling.
b.
Tanah liat (dimanfaatkan untuk membuat berbagai
ciptaan dengan penuh daya eksplorasi, komunikasi dan informasi, serta daya
imajinasi dan persepsi seni).
c.
Air (dimanfaatkan untuk menjelaskan sifat air
dan berbagai peristiwa alam).
Sifat air :(1) mengalir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah, (2) mudah berubah menjadi padat atau es jika didinginkan
sampai suhu tertentu, menjadi gas atau uap jika dipanaskan sampai suhu tertentu
dan hilang di udara, menjadi air kembali jika mengalami pendinginan di udara,
(3) memiliki kekuatan bisa merubah bentuk tanah (erosi), dan menghancurkan
batuan keras di pantai (abrasi).
Air untuk menjelaskan peristiwa alam: (1) Peristiwa
mengapung dan tenggelam, (2) Mengamati tumbuhan minum.
d.
Tanah (dimanfaatkan untuk menjelaskan
terbentuknya tanah oleh pengaruh cuaca pada bebatuan di permukaan tanah), bahan
yang terkandung didalamnya (mineral dan humus/sisa tumbuhan), serta benda yang
ada didalamnya (bakteri, hewan kecil, air dan udara).
e.
Pasir (dimanfaatkan untuk mengembangkan daya
motorik siswa/bermain sambil belajar).
Menurut
Lighart (Hartati, 2005: 78) menjelaskan bahwa “beliau mengutamakan pembelajaran
melalui lingkungan di sekitar anak. Alam merupakan barang sesungguhnya yang
dapat menjadi bahan belajar bagi anak”. Sedangkan menurut Vaquette (Hartati,2005:32)
menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek penting dalam alam, yaitu:
a. Alam merupakan ruang lingkup untuk
menemukan kembali jati diri secara kolektif dan menyusun kembali kehidupan
sosial.
b. Alam merupakan ruang lingkup yang dapat
dieksplorasi. Jika anak-anak tidak mengenal lokasi kegiatannya, maka anak akan
menggunakan sebagian besar waktu yang tersedia untuk mengetahui apa kira-kira
yang akan mereka kerjakan di tempat itu.
c. Peranan pendidik di lokasi kegiatan.
Seorang pendidik harus sekaligus menjadi pengajar, pendidik, serta pembimbing
kegiatan. Sebagai pengajar yang baik harus dapat memberikan pengetahuan yang
dapt diterapkan oleh para muridnya.
Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa alam sekitar anak adalah merupakan
ciptaan Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia salah satunya yaitu dapat
digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar pada anak
Taman Kanak-kanak. Maka dari itu orang tua maupun guru harus mengajarkan anak,
agar selalu menjaga dan melindungi alam sekitar mereka, karena alam sangat
bermanfaat bagi manusia.
8.
Langkah-langkah bermain dengan media alam
Dunia anak adalah bermain, pada anak bermain apapun adalah hal yang
sangat menyenangkan baik menggunakan alat ataupun tidak. Akan tetapi anak lebih
cenderung suka bermain dengan menggunakan alat, baik dengan menggunakan media
alam yang ada disekitar anak. Dengan menggunakan media alam maka anak bereksperimen dengan alam di sekitar anak tersebut, karena dengan
bereksperimen anak didik mampu melibatkan
peserta didik bekerja dengan menggunakan benda-benda, bahan-bahan yang ada di
sekitar anak, dan perlatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok dalam
suatu bentuk pembelajaran.
Menurut Simamora (2011:184)
bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan media alam adalah:
a)
Tetapkan tujuan
eksperimen,
b)
Persiapkan alat
atau bahan yang diperlukan,
c)
Persiapkan
tempat eksperimen,
d)
Pertimbangkan
jumlah peserta didik sesuai dengan alat yang tersedia,
e)
Perhatikan
keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang
merugikan atau bahaya,
f)
Perhatikan
disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan
digunakan,
g)
Berikan
penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan tahapan-tahapan yang mesti
dilakukan peserta didik, termasuk yang
dilarang dan yang membahayakan.
B.
Kerangka Pikir
Bermain bagi anak adalah merupakan upaya
memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi
atau pendidikan. Bahkan bermain bagi anak usia balita merupakan salah satu
intervensi penting untuk mengurangi dampak menurunnya IQ pada balita yang
mengalami gangguan gizi ketika bayi, khususnya apabila intervensi pemberian
makanan bergizi terlambat dilakukan.
Pada umumnya semua anak suka
bermain, kecuali anak yang sedang tidak enak badan yang tidak suka bermain.
Kegiatan bermain anak perlu mendapatkan perhatian para pendidik anak usia dini.
Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak, baik perkembangan
fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional.
Dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa
pembelajaran anak usia dini harus menerapkan esensi bermain. Esensi bermain
meliputi perasaan menyenangkan, merdeka, bebas memilih, dan merangsang anak
terlibat aktif. Prinsip bermain sambil belajar mengandung arti bahwa setiap
kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, gembira, aktif, dan demokratis, karena
dengan bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan
dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap.
Anak biasanya suka bermain baik dengan
menggunakan alat ataupun tidak, akan tetapi kebanyakan dari anak lebih suka
bermain dengan menggunakan media alam yang ada disekitar anak didik, seperti:
bermain pasir, batu dan daun-daun. Karena dengan pasir anak mampu berekplorasi
membetuk sebuah bentuk, rumah, membadakan mana yang kasar dan mana yang halus,
dan seterusnya, dan ketika anak bermain dengan batu anak mampu menghitung batu
tersebut sesuai dengan pengetahuan anak tentang konsep bilangan, membandingkan
mana yang besar dan kecil, membedakan bentuk batu dan seterusnya, sedangkan
media alam berupa daun-daun, anak mampu menggunakan daun sebagai uang ketika
mereka bermain peran sebagai penjual dan pembeli, daun juga bisa dijadikan mie,
mampu membedakan warna dan bentuk daun, daun juga bisa dijadikan topi, dan
seterunya.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa media alam yang ada disekitar anak dapat kita gunakan sebagai
media pembelajaran dalam mengembangkan kecerdasan logika matematika anak.
Karena dengan menggunakan media alam berupa batu, pasir dan daun-daun, anak
dapat menghitung benda tersebut, membedakan bentuk benda tersebut, dan berfikir
secara logis tentang benda tersebut. Karena kecerdasan logika matematika pada
anak usia dini adalah merupakan kemampuan atau kecakapan seorang anak dalam
menalar, kemampuan menggunakan bilangan atau
angka yang diajarkan melalui berhitung, membedakan bentuk dan bermain dengan
benda-benda yang ada di sekitar anak, cerdas dalam hal sains dan juga menangani pemikiran
logis.
C.
Hipotesis
Terdapat pengaruh bermain menggunakan media alam terhadap kemampuan
logika matematika pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan
Sibulue Kabupaten Bone.
|
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh bermain dengan menggunakan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada
anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen
sederhana (pra eksperimental), untuk
mengungkap kemampuan logika matematis pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai
Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone, sehingga dapat meningkat setelah
diberi perlakuan melalui bermain dengan menggunakan media alam.
B.
Variabel dan Desain Penelitian
Ada dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh yaitu
bermain dengan menggunakan media alam, dan variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi yaitu kemampuan logika matematika anak.
30
|
Pretest Perlakuan Posttest
O1 X O2
|
Gambar 3.1. Desain
Penelitian
Keterangan:
O1 = Kemampuan logika matematika anak sebelum
diberi perlakuan melalui bermain dengan media
alam
X = Perlakuan
O2 = Kemampuan
logika matematika anak setelah diberi perlakuan melalui bermain dengan media alam
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh
bermain dengan media alam terhadap kemampuan logika matematika pada anak di Taman Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue
Kabupaten Bone.
C.
Definisi Operasional
Variabel
Untuk tidak membuat pemahaman yang
berbeda-beda tentang variabel yang diteliti, maka perlu diberikan defenisi
oprasional yaitu:
a.
Kemampuan logika matematika pada anak adalah kemampuan
melakukan penalaran, yang berhubungan dengan bilangan atau angka, membedakan bentuk dan kemampuan
untuk memecahkan masalah dengan rasional dan berpikir jernih. Sedangkan yang
dimaksud kemampuan logika matematika pada anak dalam penelitian ini adalah
kemampuan anak dalam mengurutkan bilangan 1 sampai 20
sesuai dengan konsepnya, kemampuan anak dalam membedakan besar-kecil berat-ringan suatu benda,
kemampuan anak dalam mengelompokkan
benda sesuai jenisnya, dan kemampuan anak dalam menyebut dan memnunjukkan benda geometri.
b.
Bermain dengan media alam adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan menggunakan alat atau media alam yang ada disekitar anak,
seperti: batu, buah-buahan, sayuran, lidi, dan sebagainya yang dapat memberikan
informasi, memberikan kesenangan maupun dapat mengembangkan imajinasi anak. Sedangkan yang
dimaksud dengan media alam pada pada kegiatan bermain dalam penelitian ini
adalah batu, pasir dan daun-daun.
D.
Populasi dan Sampel
Menurut
Sugiyono (2008:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak didik di Taman Kanak-Kanak
Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone yang berjumlah 35 orang anak
didik.
Dalam
desain ini teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara porposive sampling atau sampling dengan
maksud tertentu. Porposive sampling atau
biasa juga disebut dengan sampling pertimbangan. Karena penelitian ini bersifat
eksperimen pretest dan posstest one group design, maka satu
kelas tersebut ditentukan sebagai sampelnya yaitu anak didik kelompok B di Taman
Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone berjumlah 17
anak.
Dengan bertimbangan bahwa pada kelompok B yang
berjumlah 17 orang anak didik tersebut mengalami hambatan dalam hal kecerdasan
logika matematikanya. Hal tersebut berdasarkan informasi dan hasil observasi yang diberikan
oleh guru-guru di Taman Kanak-kanak Teratai. Dalam upaya meningkatka kecerdasan logika matematika anak tersebut maka
peneliti mengadakan penelitian di Taman
Kanak-Kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian, untuk menjawab pertanyaan
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.
Observasi, dilakukan untuk mencatat fenomena yang
terjadi secara sistematis mengenai peningkatan kemampuan logika matematika
melalui bermmain denganmedia alam pada anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa
Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone.
2.
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan
Sibulue Kabupaten Bone, seperti peraturan-peraturan, laporan kegiatan,
foto-foto, rekaman kegiatan dan data yang relevan lainnya.
F.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisis data hasil pengamatan tentang kemampuan logika matematika pada
anak, antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan melalui bermain dengan media
alam yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial:
1.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasi. Untuk kepentingan tersebut maka dibuatkan tabel
distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus persentase sebagai berikut:
Dimana:
P =
Persentase
F =
Frekuensi yang dicari persentasenya
N =
Jumlah subjek (sampel)
2.
Statistik non parametrik adalah statistik yang
dimaksudkan untuk melihat perbedaan dalam hal kemampuan logika matematika pada
anak di Taman Kanak-kanak Teratai Desa Pasaka Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone
dengan bermain menggunakan media alam, kemudian data yang diperoleh dalam
penelitian akan diperoleh dengan menggunakan uji beda Wilcoxon (Z).Untuk analisis uji beda digunakan analisis
uji wilcoxon signed rank test dengan
rumus sebagai berikut:
Distribusi sampling nilai T diketahui bahwa
Untuk landasan pengujian dipergunakan nilai
Z
Kriteria keputusan pengujiannya adalah:
Ho diterima apabila Z ≤ Zα/2
Ho ditolak apabila Z > Zα/2
Langganan:
Postingan (Atom)